We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others

When We Love God, We Will Serve People

Minggu, 22 Mei 2011

Cara Jitu Mengatasi Cemburu

Hubungan pasangan yang saling mencintai, tidak pernah terlepas dari ras cemburu. Banyak orang berpendapat bahwa cemburu itu harus, cemburu itu wajar, cemburu itu bukti bahwa ada rasa sayang dan cinta. Tapi benarkah itu? 


Cemburu adalah rasa dan sikap emosional yang dirasakan oleh seseorang terhadap orang atau sesuatu yang ia sayangi yang dicintai dan tidak ingin berbagi dengan orang lain. Rasa cemburu itu mengharuskan seseorang untuk bisa mengontrol diri dan bahkan bisa mengekang pasangannya. Singkatnya cemburu itu identik dengan egois. Saya yakin orang-orang sering merasakan cemburu ini, ada yang tidak setuju dengan pendapat saya ini. Ketidaksetujuan tersebut didasarkan berbagai macam alibi yang mendukung dan mengatakan bahwa cemburu itu memaang wajar. Terserahlah apa pendapat mereka... Tapi pada prinsipnya, cemburu itu bisa menimbulkan masalah baru dan pastinya rasa tidak nyaman pada diri sendiri atau juga pada orang lain. Aku mengakui dan merasakan rasa itu juga, kadang-kadang.. hehehehe...





Cemburu itu muncul dengan sendirinya, tanpa dikonsep dan tanpa direncanakan. Pada umumnya, apabila rasa cemburu itu muncul dengan frekuensi sering maka biasanya dapat menimbulkan masalah dan mengancam suatu hubungan. Hal ini disebabkan karena orang yang dicemburui merasa menjadi tersangka, seseorang yang tidak bisa dipercaya dan di-judge sebagi objek yang harus dicurigai. Ujung-ujungnya hubungan bisa retak atau bahkan bisa berakhir akibat dari rasa cemburu itu.

Oleh karena itu, diperlukan beberapa cara yang bisa digunakan dan dilakukan untuk mengurangi/mengatasi rasa cemburu:



1. Berdoa, minta bantuan Tuhan dan Roh Kudus agar bisa mengontrol diri. Hanya Dia yang tau kondisi dan isi hati setiap manusia, dan yakin bahwa Tuhan pasti membantu.

2. Baca Firman Tuhan. Disitu akan ditemukan kedamaian. Bukan pelarian diri, tapi cemburu itu memang harus dihadapi. Dengan membaca Firman Tuhan akan ditemukan bagimana sebenarnya kehendak Tuhan dalam hidup kita.

3. Sadari dan tanamkan dalam diri bahwa cemburu itu tidak baik, cemburu itu egois. Rasa sayang yang sesungguhnya dan cinta yang sejati tidak akan membiarkan pasangannya luka dan menderita akibat dari cemburu itu. "Kasih tidak cemburu", adalah salah satu nats dalam Alkitab bahwa memanga cemburu itu tidak berkenan kepada Allah. Kasih justru akan membiarkan pasangannya bisa berkembang dan mengaktualisasikan diri lewat lingkungan dan pergaulannya.

4. Komunikasikan dengan pasangan dan yakinkan diri bahwa pasangan kita memang benar-benar setia. Mungkin agak sulit, karena itu bicarakan dengan pasangan tentang perasaan masing-masing. Ingat kembali komitmen yang telah dibuat dan yakinkan kalau memang pasangan kita benar-benar sayang dan cinta kepada kita. Namun harus dipahami juga, bahwa konsep ini bukan bermaksud untuk menutup mata akan segala kemungkinan yang mengarahkan suatu hubungan harus dievaluasi kembali, apakah dilanjutkan atau justru harus diakhiri. Itulah pentingnya KOMUNIKASI...!!!

5. Ubah cara pandang yang salah dan miliki cara berpikir yang positif.

6. Sharing dengan orang terdekat atau orang yang bisa dipercaya, misalnya PKK. TKK atau AKK.
7. Jangan meng-excuse diri akan hal-hal yang memang salah dan mendukung bahwa cemburu itu wajar.

8. Tetap jaga HPDT dan HPDS. Hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama pasti akan memampukan kita untuk menghadapi hidup ini dengan bijak.

Kamis, 19 Mei 2011

Sebuah perenungan..

Terimakasih banyak Tuhan..


Terimakasih buat rasa ini.. Banyak sekali anugrah yang Tuhan berikan dalam hidupku, orang-orang disekelilingku yang mengasihi dan yang aku kasihi, buat orang-orang yang membuat aku mengerti realitas kehidupan "Hidup di Dunia ini, tidak selamanya indah, mudah, damai...ada tantangan, hambatan, kesombongan, kebencian..", buat alam dimana aku bisa melihat indahnya dan kejamnya dunia, segarnya udara dan pekatnya angin akibat kemajuan teknologi, akibat manusia yang kurang bersahabat dengan alam.

Itulah hidup. Hidup yang sebagian besar manusia mengalaminya, dan aku bersyukur termasuk di dalamnya, yang menikmati rasa itu..

Orangtuaku, abang-kakakku, keponakanku, dan keluarga besarku... mengajarkan aku pentingya kebersamaan, berkumpul bersama, komunikasi... i miss you, all..
Aku berterima kasih, buat kasih Tuhan, kebaikan Tuhan, anugrah Tuhan yang boleh aku rasakan dan alami lewat kehadiran keluargaku...

Someone, yang aku sayangi.. yang selalu menemani aku dalam suka maupun duka hidup ini.. 24 Oktober 2006, kita mulai menjalani hubungan ini, dan sampai saat ini banyak sekali yang sudah kita lalui bersama.. Banyak pelajaran hidup yang aku dapatkan selama aku bersama dia. Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana hidupku selama ini, tanpa dia disisiku... #Jadi ingat buku yang beberapa waktu lalu yang kita baca berdua... hehehe... so sweet bgt... Dibuku itu disebutkan hal-hal yang disukai pria-wanita#...
Dianatara suka yang kita rasakan, ada masa-masa kritis yang sempat mengancam hilangya kemesraan dalam diantara kita berdua.. itu salah satu media juga, yang membuat kita menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi sikapdan karakter kita masing-masing. Sebenarnya tidak ada manusia yang sempurna, namun kita harus berjuang agar bisa menjadi orang yang terbaik buat pasangan kita, dalam perjalanan menuju yang Tuhan kehendaki...

Para sahabat dan temanku. Aku semakin menyadari kalau Tuhan itu memiliki rancangan yang indah dan unik bagi setiap pribadi, yang tidak dapat digugat oleh siapapun. Tuhan yang tahu, dan itu pasti yang terbaik bagi setiap individu. Tinggal bagimana individu tersebut menjalani dan mensyukurinya... Lewat mereka juga aku bisa belajar kesabaran, mengalah demi kebaikan bersama, meredam ego dan menghargai perbedaan karakter.. "Tuhan tolong bantu kami, agar kami bisa menjadi pribadi yang menyenangkan hatiMu.."

Senin, 16 Mei 2011

Lebih Pintar dari Seekor Keledai

Setiap minggu saya melakukan dosa yang sama.. Berulang-ulang...  Ketika saya jatuh dalam dosa, saya minta ampun, dan minggu depannya, saya melakukan hal yang sama. Saya bosan dan benci atas ketidakberdayaan saya untuk mengontrol diri saya senditi. Saya marah, muak, bahkan saya menyadari betapa bodohnya saya, lebih bodoh dari seekor keledai. "Keledai saja tidak jatuh 2 kali dalam lobang yang sama", saya...?? Malah lebih dari 10 kali jatuh dalam lobang yang sama... So Stupid !!!...

Ditengah-tengah keterpurukan, Saya juga semakin menyadari betapa besarnya kasih Allah kepada saya.. Allah Bapa, tidak pernah meninggalkan saya, walaupun saya busuk dengan lumpur dosa yang amat pekat.
Setiap kali saya beribadah, Kasih Allah kembali saya rasakan, hal ini  membuat saya damai, rasa haus akan hadirat Tuhan kembali aku rasakan. Tanpa disadari air mata menetes, menetes karena merasakan bahagia sejati yang Tuhan berikan.. Aku semakin menyadari bahwa Allah tidak pernah meninggalkan aku..Allahku sungguh luar biasa... Aku ingin jadi lebih pintar, lebih pintar dari seekor keledai.. Aku tidak ingin jatuh lagi, dalam dosa yang sama..
Saya tidak ingin membuat Tuhan kecewa kepada Saya, Saya ingin membuat Tuhan bangga atas hidup saya. Saya tidak ingin jatuh lagi dalam lobang yang sama, saya harus bisa lebih pintar dari seekor keledai. Saya adalah manusia, mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, yang notabene diberikan anugrah yang lebih dari mahkluk ciptaan lainnya, termasuk seekor keledai.. Saya lebih pintar dari keledai, itu pasti.

Saya tidak boleh, dan tidak akan pernah lagi sebodoh atau lebih bodoh dari hewan itu.. Saya manusia, dan disayang Tuhan.. amin...

Kamis, 12 Mei 2011

ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM (ARDS)


Saya masih ingat akan masa-masa profesi dulu, apalagi pada stase KGD, yang katanya serem dan ganas abiszz... Maka saya mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, belajar dengan rajin dan tekun.. heheheh...  Setiap hari baca materi dan membuat laporan pendahuluan sebagai persiapan awal sebelum tejun ke pasien... ini dia salah satu LP yang telah disusun... Hmm.. sekarng ingin di upload aja ke blogg ini ah.. Mana tau nanti bisa bermanfaat untuk teman-teman yang ingin tahu tentang ARDS... Boleh di copy, tetapi harus tetap ingat ETIKA COPY-PASTE !! Cantumkan sumber... oce.... 

LAPORAN PENDAHULUAN PROFESI MATA AJAR KGD


A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Selain itu, sistem pernapasan melakukan fungsi non respirasi yaitu memelihara keseimbangan air dan panas tubuh, keseimbangan asam dan basa, meningkatkan aliran balik napas, mempertahankan tubuh dari invasi bahan asing, ekspresi emosi (tertawa, menangis, mengeluh).
Fisiologi pernapasan mencakup 3 proses utama yaitu:
1.      Ventilasi
Pergerakan udara antara alveoli dan atmosfer. Proses ventilasi meliputi pergerakan diafragma, perubahan tekanana transpulmonar, kompliens paru, dan tahanan jalan napas. Pada saat inspirasi, udara dari atmosfer masuk ke rongga thorax sehingga membuat rongga thorax/dada mengembang. Selama inspirasi, tekanan intra-alveolus lebih kecil daripada tekanan atmosfer. Dan pada saat ekspirasi udara keluar dari rongga thorax sehingga mengakibatkan rongga thorax turun/menguncup. Selama ekspirasi, tekanan intra-alveolus lebih besar daripada tekanan atmosfer. Sedangkan selama siklus pernapasan, tekanan intrapleura lebih rendah dari tekanan intra-alveolus atau negatif.
2.      Difusi
Pergerakan CO2 dan O2 antara alveoli dan kapiler.
3.      Transportasi
-          Pergerakan O2 dari alveoli ke sel-sel
-          Pergerakan CO2 dari sel-sel ke alveoli
Sistem pernapasan mencakup saluran pernapasan yang berjalan ke paru. Saluran pernapasan berawal dari saluran hidung (nasal) àtenggorokan (faring) à laring à trakea à bronkus à bronkiolus à alveolus.
Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang, berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran pernapasan. Dinding alveolus terdiri dari satu lapisan sel alveolus tipe 1 yang gepeng dan sel alveolus tipe 2. Sel alveolus tipe 2 mengeluarkan surfaktan paru, suatu kompleks fosfolipoprotein yang mempermudah pengembangan ekspansi paru. Di dalam lumen kantung udara juga terdapat makrofag alveolus untuk pertahanan tubuh. Dinding alveolus terdapat pori-pori Kohn ukuran kecil yang memungkinkan aliran udara antara alveolus-alveolus yang berdekatan, suatu proses yang dikenal sebagai ventilasi kolateral. Terdapat kantung pleura yang memisahkan paru dari dinding dada. Permukaan pleura ini mengeluarkan cairan intrapleura encer, yang membasahi permukaan pleura sewaktu kedua permukaan saling bergeser satu sama lain saat gerakan bernapas. Sehingga jika terjadi peradangan pada kantung pleura (pleuritis) maka akan menimbulkan rasa nyeri dan auskultasi napas friction rub.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah sistem saraf pusat, spinal cord, sistem kardiovaskuler dan darah, thorax dan pleura, system neuromuscular, dan jalan napas bagian atas.

B.     GAGAL NAPAS AKUT
Gagal napas akut adalah kegagalan pernapasan jika tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) < 60 mmHg pada saat bernapas dan tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) > 50 mmHg. Gagal napas akut diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
1.      Tipe 1: Gagal napas akut hipoksemia
Gagal napas ini sering juga disebut gagal paru/gagal pertukaran gas. Penyakit yang dapat menyebabkan gagal napas akut hipoksemia adalah COPD, pulmonary emboli, ARDS, pneumonia, CHF. Gagal napas ini melibatkan mekanisme rasio ventilasi/perfusi (V/Q) tidak sebanding, kerusakan difusi, dan shunt (anatomi: darah yang bergerak dari jantung sisi kanan ke kiri tidak mengalami oksigenisasi dan fisiologi: darah yang digerakkan oleh alveoli tidak membawa O2).
2.      Tipe 2: Gagal napas akut hiperkapnea
Gagal napas ini juga disebut gagal pompa/gagal ventilasi. Penyakit yang dapat menyebabkan gagal napas ini adalah otak (over dosis obat, trauma kepala), spinal cord/neuromuscular (myasthenia gravis/kerusakan pada saraf dikarenakan penurunan neurotransmitter yaitu asetilkolin yang menyampaikan info dari saraf ke otot, polio, tumor/trauma), dinding dada (flail chest, luka bakar).
3.      Tipe 3: kombinasi gagal napas akut hipksemia dan hiperkapnea

C.     ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM (ARDS)
ARDS adalah gagal napas yang terjadi tiba-tiba dan progresif yang ditandai dengan dispnea, hipoksemia, difusi bilateral infiltrat (Black, 2002). ARDS diawali dengan berbagai penyakit serius yang pada akhirnya mengakibatkan edema paru difus nonkardiogenik yang khas. Istilah ini diperkenalkan oleh Petty dan Ashbaugh pada tahun 1971 setelah mengamati gawat napas yang akut dan mengancam nyawa pasien-pasien yang tidak menderita penyakit paru sebelumnya.

Etiologi ARDS, antara lain:
1.      Syok (hemoragik, kardiogenik, anafilatik, sepsis)
2.      Trauma (luka, emboli lemak berkaitan dengan fraktur  tulang panjang, cedera kepala, cedera dada langsung)
3.      Infeksi (bacterial pneumonia, viral pneumonia, fungal pneumonia, sepsis gram negatif, tuberculosis)
4.      Inhalasi gas beracun (asap rokok, O2 konsentrasi tinggi (FiO2 > 50%) yang lama (>48 jam), NO2, NH2, Cl2)
5.      Penggunaan obat-obatan (heroin, methadone, barbiturate, dextran 40, Thiazides, Ethchlorvynol, Fluorescein, Salicylates)
6.      Metabolik (uremia, KAD)

Patofisiologi ARDS
Hal yang khas pada ARDS ini adalah terjadinya edema alveolar yang disebabkan oleh berbagai etiologi salah satunya adalah aspirasi bahan kimia atau inhalasi gas berbahaya langsung toksik terhadap epitel alveolar. Kondisi ini menyebabkan epitel rusak dan terjadi peningkatan permeabilitas membran kapiler alveolar dan akhirnya menyebabkan edema interstesial. Membran kapiler alveolar dalam keadaan normal tidak mudah ditembus partikel-partikel. Tetapi, dengan adanya cedera maka terjadi perubahan pada permeabilitasnya, sehingga dapat dilalui oleh cairan, sel darah merah, sel darah putih, dan protein darah. Mula-mula cairan akan berkumpul pada interstisium dan jika melebihi kapasitas dari interstisium cairan akan berkumpul di dalam alveolus, sehingga mengakibatkan atelektasis kongestif.

Tiga fase yang menggambarkan terjadinya ARDS, yaitu:
1.      Fase I (Exudative)
Fase I terjadi 24 jam setelah kerusakan endotel kapiler dan kebocoran cairan kedalam interstisium pulmonal. Respon inflamasi disertai kerusakan parenkim pulmonal, dan mengeluarkan mediator toksik, aktivasi komplemen, mobilisasi makrofag, dan pengeluaran substansi vasoaktif dari mast cells.
2.      Fase II (Proliferative)
Fase II dimulai pada hari ke 7-10. Sel alveolus tipe 1 dan 2 telah rusak menyebabkan penurunan produksi surfaktan, alveolus kolaps, dan atelektasis yang mengakibatkan kerusakan pertukaran gas.
3.      Fase III (Fibrotic)
Fase ini terjadi pada minggu ke2-3. Pada fase ini terjadi penurunan fibrin secara irreversible ke dalam paru yang menyebabkan fibrosis paru yang lama-kelamaan mengakibatkan penurunan kompliens paru dan memperburuk hipoksemia. Hasil akhirnya mengakibatkan rasio ventilasi dan perfusi (V/Q) tidak sebanding dan hipoksemia arteri yang sangat besar.

Manifestasi Klinik ARDS, antara lain:
1.      Peningkatan RR dan dispnea 1-24 jam setelah cedera
2.      Auskultasi dada mungkin tidak terdengar, dan jika terdengar akan mengeluarkan suara crackles.
3.      Hasil AGD menunjukkan peningkatan hipoksemia (PaO2 <60 mmHg).
4.      Pada awal fase, respirasi alkalosis dikarenakan hiperventilasi. Kemudian asidosis metabolic yang terjadi dari peningktakan kerja pernapasan dan hipoksemia.
5.      Rontgen dada biasanya tergambar tersebar, bilateral dan secara progresif alveolar infiltrate/intersisial.


Pengkajian Keperawatan
1.      Tingkat kesadaran klien, ABC, riwayat pengobatan, dan faktor-faktor yang timbul
2.      Monitor tanda-tanda distress pernapasan: penggunaan oto-otot asessoris, perubahan SaO2, perubahan suara napas, peningkatan hipoksia.
3.      Monitor AGD asidosis/alkalosis
4.      Pengkajian neurologic (20% CO dibutuhkan pada fungsi otak yang normal)

Diagnosis Keperawatan
1.      Kerusakan pertukaran gas b.d edema pulmonal, sekresi, cairan dalam kapiler intersisial atau perubahan fibrosis.
2.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d eksudat dalam alveoli
3.      Ketidakefektifan pola napas b.d kelemahan otot-otot pernapasan, ketergantungan ventilator jangka lama.
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan permintaan metabolisme

Intervensi Keperawatan
1.      Oksigenasi
a.       O2 yang adekuat dengan komplikasi minimal
b.      Volume tidal 6 ml/kg BB
c.       Asidosis: pemberian bikarbonat dan peningkatan RR ventilator
d.      FiO2 dijaga rendah untuk mempertahankan PaO2
e.       PEEP: meningkatkan oksigenasi arterial dan ventilasi alveoli yang kolaps
2.      Pemberian posisi prone
Pemberian posisi ini diberikan untuk meningkatkan oksigenasi dengan mengubah distribusi perfusi, mengurangi kompresi paru oleh jantung, meningkatkan komplien dinding dada, dan meningkatkan postural drainase.
3.      Cairan dan elektrolit
4.      Nutrisi
5.      Terapi lain
a.       Agen antiinflamasi seperti steroid
b.      Antioksidan
c.       Pengantian surfakaktan
d.      Peningkatan perpindahan cairan alveolar melalui aktivasi pompa Na, K, ATP ase dan mempengaruhi saluran sodium.

Daftar Pustaka
Black, JM., Matassin E. (2002). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for Continuity of Care. JB. Lipincott.co
Brunner, L.S, Doris Smith Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol. 3.E/8. Jakarta: EGC
Price, S A. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC


Selasa, 10 Mei 2011

My Second Graduation Day... Slideshow

My Second Graduation Day... Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ My Second Graduation Day... Slideshow ★ to My Second Graduation Day, University of Indonesia and Jakarta (near Jakarta). Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"

Me And my Lovely Girl Slideshow

Me And my Lovely Girl Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ Me And my Lovely Girl Slideshow ★ to Depok (near Bogor), Snowbay, TMII, Jakarta (near Yogyakarta) and Borobudur. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"

Influential’sParenting Style to Adolescent’s Self Concepts: Self Esteem (Study at one of Senior High School in Depok 2009) Part....II


1.        Parenting Style

Data and research analysis related parenting style that is applied to adolescents at one high school in Depok N can be seen in diagram 1.1.

Diagram 1.1
Distribution of Respondent by Parenting Style in one of Senior High Scholl
In Depok 2009 (n = 95)

Authoritative               
Permissive
Authoritarian

The table above shows that authoritative (Democratic) (41.1%) is the most parenting style’s which applied to a teenager and at the least  is permissive parenting (28.4%).

2.      Self-Concept: Self-Esteem
Results of data analysis, the self-concept: self-esteem in adolescents can be viewed on the diagram1.2 below.


Diagram 1.2
Distribution percentage of Self-Concept: Self-Esteem in one of Senior High School in Depok 2009 (n=95)
High self esteem
Low self esteem
Distribution of self-concept: self-esteem respondents (adolescents) between self-concept: low self-esteem and self-concept: high self-esteem has no significant difference in the numbers. The chart above shows 47.4% have a concept of self: high self-esteem and the rest with the concept of self: self-esteem is low (52.6%).


3.     Relation Parenting Style and Self-Concept: Self-Esteem

Identification relationship parenting style with the self-concept - self-esteem adolescent results p is 0004. This result is less than α ± (0.1) which means that Ho is rejected, in other words, there is relationship parenting style with the formation of self-esteem: self-esteem in adolescence. Relations between the two variables can see in table 1.2



Table 1.2
Respondent’s Distribution at Chi Square Analysis
Relationship Parenting Style with Self-Concept: Self-Esteem in Adolescences
In one of Senior High School in Depok 2009 (n = 95)
Parenting Style
Self-Concept: Self-Esteem in Adolescences
Total
p Value

0.004
High Self-Esteem
Low Self-Esteem
Frequency
%
Frequency
%
Frequency
%
Authoritarian
12
41.4
17
58.6
        29
100

Permissive
7
25.9
20
74.1
27
100
Authoritative
26
66.7
13
33.3
39
100
Total
45
47.4
50
52.6
95
100


In the table above can be explained that each type of parenting stylegives a different effect on the self-concept: self-esteem in adolescence. Authoritarian parenting pattern contributes to the formation of self-concept: high-esteem lower than self-concept: low self-esteem. Similarly way, permissive parents, to teach a form of self-concept type: high self-esteem is less than the concept itself: low self-esteem, even when compared with the other two types of parenting, permissive parenting style formed by the percentage of self-concept, high self-esteemat the least. Unlike the above two parenting styles, authoritative/ democratic formed self-concept: high self-esteem in adolescents (66.7%) greater when compared with self-concept: low self-esteem (33.3%).

Discussion


The results of this study found that parents who adopted an authoritarian education (30.5%) potentially forming self-concepts: low self-esteem adolescent (58.6%). The result of this study is in accordance with the opinion of some experts and previous study. As explained in the literature that the authoritarian parenting has a punishment’s character and urged the adolescent to follow the instructions. Parents tend to set an absolute standard to follow, and it is often accompanied by threats. Petranto (2006) describes that this parenting style will teach childto become shy, quiet, private, no initiative, as the violation of standards, weak personality, anxiety and social isolation (low self-esteem).

Almost the same as authoritarianism, permissive also gave rise to the possibility forming low self- esteem. This study shows through the application of permissive parenting (28.4%) achieved a percentage of the self- concept: low self-esteem is 74.1% while the self-concept: a high self-esteem is only 25.9%. Thus, it can be argued that permissive parenting has an almost three times larger opportunity forming self- concepts: low self-esteem compared self-concept: high self-esteem (OR (CI 95%):3.62).It can be seen more details in the table below.


Table1.3
Respondent’s Distribution in Analysis Chi Square
Relationship Permissive parenting with Self-Concept: Self-Esteem in Adolescents in One of Senior High Scholl in Depok 2009 (n=95)
Parenting Style
Self-Concept: Self Esteem in Adolescents


High Self-Esteem
Low Self-Esteem
Frequency
%
Frequency
%
OR (CI 95 %)
p Value
Permisif
7
25.9
20
74.1
3.62 (1.35-969)
0.015

Table 3 shows the odds ratio (OR) permissive parenting is 3.62. This value means parents who are permissive parenting is 3.62 times to form adolescent’s self-concepts: low self-esteem. This result is also according to the theory that permissive parents will produce children who lack confidence. This is because that parenting style can spoil their children, and there are no rules and restrictions that clearly even Petranto (2006) parents with permissive parenting generally not reprimand or prevent child if the child is in danger, and very little guidance was provided. As a result of the limited experience and spiritual life is still immature, the children, including adolescents, it would be difficult to make decisions about which conduct in accordance with the expectations of society, they don't know what is allowed and what not to do.As a result of which tend to be fearful, anxious, and have the concept itself: low self-esteem.
Table 1.4
Distribution of Relationship between Authoritative/Democratic Parenting Style with Self-Concept: Self-Esteem in Adolescents in One of Senior High Scholl in Depok 2009 (n=95)
Parenting Style
Self-Concept: Self Esteem in Adolescents


High Self-Esteem
Low Self-Esteem
Frequency
%
Frequency
%
OR (CI 95 %)
p Value
Authoritative/
/Democratic
26
66.7
13
33.3
0.26 (0.11-0.61)
0.003


This result can be supported by a statement explaining that by encouraging adolescents to always seek, receive benefits and drawbacks, and giving praise and prizes at the right behavior and warn if any would bring adolescents to have self-confidence. These things can be seen fully from democratic parenting characteristics that prioritize the interests of the children but do not hesitate to control them. Parents with this patenting style are quite reasonable, always underlies his actions or thoughts on the ratio. Parents of this type are also realistic about the ability of the children, do not expect too much beyond the capacity of children. Parents of this type also givefreedom to the children to choose and take action, and his approach to the child warmly.
These three outcomes related to research on the relationship of the parenting style of self-concept: self-esteem adolescents also supported by several studies. Research Papalia and Olds, (1993) in Petranto (2006) found that warm parenting, responsive and have realistic expectations that will improve the self-esteem of the children (democratic model of parenting), while parents that perfectionist, likes criticize, is too much or too much control protect, pamper, ignore, and do not provide any restrictions or rules that are clear and consistent self-esteem will decrease the top-level child (authoritarian and permissive parents).
Research Isabel MartínezGarcía Jose and Fernando (2008) in Brazil are carried out in 1198 teenagers also produce the same thing; teenagers growing up in families that have adopted democratic parenting pattern forming self-concepts: self-esteem is higher than adolescents who grew up in authoritarian and permissive families. This study also mentions that there are several studies conducted in various countries, as in Scandinavia, Spayol and Brazil to investigate the same and results also support these results, among others: Chao, 1994, 2001, Darling & Steinberg, 1993; Dornbusch, Ritter, Leiderman, Roberts, and Fraleigh, 1987; Dwairy et al., 2006; Kirn and Rhoner, 2002; Marchetti, 1997; Musitu and Garcia, 2004; Quoss& Zhao, 1995; Steinberg et to the. 1991 and Villalobos et to the. Al, 2004.
Results of parental style compared to the self-concept: self-esteem in adolescents we know that the total percentage of parents style most frequently applied in the family is a democratic, but the self-concept: self-esteem of adolescents are the most commonly identified with low self-esteem. If reviewed, the most parenting style which applied is democratic, but the self-concept: self-esteem of adolescents is the most commonly identified with low self-esteem. It must be self-concept: self-esteem is the concept of teenagers who identified with high self-esteem. This suggests that the contradictions that affect the formation of self-concept: self-esteem in adolescents not only parenting style, but also there were other factors that also contribute to the formation of self-concept: self-esteem adolescents.
Interpretation of the analysis into three parenting styles above shows those authoritarian and permissive parents who are not favorable for the formation of self-concept: self-esteem adolescents, the application of two different kinds of ways to teach it in the family needs to be revisited. The most effective way to teach to form the concept of self: high self-esteem in teenagers is a democratic education.

Conclusions
This study found that respondents 14-18 years age range and the most obese 17 years old, the majority respondents is female, number of children in the family the most is the third person, the status of children in the family is biological child and parental status areno single parents, the majority religion is Islam and the many tribes that most of the Javanese. While parenting parents the most widely used is the nurturing of democratic, but the self-concept of self is formed largely from low self-esteem. This shows that there are still other factors that influence the formation of self-concept: self-esteem adolescents.
From that analysis there is a correlation between the natures of the relationship of parenting style to self-concepts: self-esteem in adolescents. Either parenting style have different effects on the self-concept: self-esteem. The most effective ways to teach an adolesent self-concepts: positive self-esteem is a democratic but authoritarian and permissive parenting an adverse effect on the very notion: self-esteem.

Recommendation
1.      In this study the relationship moderator variables (Demographic data) to dependent variables (self-concept: self-esteem) was not explored in depth. Therefore there is a good idea to search every demographic data associated with the concept of self: self-esteem adolescents. It aims to identify demographic data related to the most dominant or relationship with the concept of self: self-esteem adolescents, so that it can generalize identify the factors that influence adolescent self-esteem from the experience; upbringing, environment and socio-economic.
2.      In theory, we know that many factors that influence the self-concept: self-esteem. But not many people use to examine empirically the relationship experience, environment, the social economy to the concept of itself: self-esteem in adolescents, because it requires more research.
3.      Through health education can be delivered to the public that the implementation of authoritarian and permissive parenting as the most dominant, it should be considered, because it gives a bad effect on the formation of self-concept: self-esteem adolescents.


Bibliography

Friedman, Marylin M. (1998). Family nursing: Theory, research, and practice.
(4th Ed). California: Appleton & Lange Stamford Connecticut.
Martínez, I, &García, J F. (2008). Internalization of values and self-esteem among brazilian teenagers from authoritative, indulgent, authoritarian, and neglectful homes. Jurnal of Adolescence. Roslyn Heights: Spring 2008. Vol. 43, Iss.169; pg. 13, 17 pgs.
Santrock, J.W. (2003). Adolescent.(7th Ed). USA: The McGraw Hill
Sriati, AatdanTatyHernawati.(2007).Pengaruh training pengembangandiriterhadappengembanganhargadiriputrihomoseksual di desaCibeureumkecamatanCimalakakabupatenSumedang.http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/LAP%20AKHIR%20SKW.pdf. Diambilpada 19 February 2009 pukul 11.35 WIB.