www.sentra-edukasi.com/2011/07/anatomi-fungsi-pembuluh-darah.html
http://healthyenthusiast.com/prosedur-tindakan-dalam-keperawatan-anak.html
We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others
When We Love God, We Will Serve People
When We Love God, We Will Serve People
Rabu, 15 Agustus 2012
Sabtu, 23 Juni 2012
Plebitis Pada Bayi
Bayi oh.... bayi. Engkau adalah tahap kehidupan manusia yang sangat unik. Begitu banyak keunikan yang engkau miliki, sehingga memicu rasa ingin tahu mengapa keunikan-keunikan itu terhadi pada dirimu. Rasa ingin tahu, penasaran bahkan untuk kepentingan ilmu pendidikan dan kesehatan banyak sekali orang yang ingin lebih dekat denganmu. Seandainya engaku dapat bercuap-cuap denga vokal yang lantang dan berbahasa dengan lancar, tentunya komunikasi antara kamu dengan diriku akan semakin lancar.
Bayi... oh bayi, semoga dengan keterbatsan dirimu yang tidak bisa memahami bahasaku dan keterbatasan diriku yan harus banyak belajar untuk mengerti bahasamu, tidak membuatku menyerah dan surut dalam perjuangan untuk bisa lebih mengenal dan lebih dekat denganmu... hahay!!!!
Yi, kamu tahu ga sih, berdasarkan pengalaman (based 0n practice), ternyata angka insidensi plebitis yang terjadi pada dirimu jauh lebih tinggi dibandingkan pada manusia kelompok usia lainnya, baik itu anak-anak yang lebih tua darimu, kelompok remaja, dewasa bahkan lansia. Kira-kira apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi ya Yi??? Bantu kita dong Yi... hehehhhehehehehe
Dengan kekuatan bulan dan supranatural dari bayi, akhirnya aku bisa menemukan beberapa hal yang menjadi faktor penyebab mengapa plebtis lebih sering terjadi pada bayi. Let's chek it out!!!
Faktor penyebab sering terjadinya plebitis pada bayi
- Sistem Imun Bayi yang belum matang
Secara sederhana flebitis berarti peradangan vena. Terjadinya peradangan dipengaruhi oleh sistem imun tubuh seseorang. Menurut Dr. Iyan Darmawan, 2008, mengatakan bahwa imun berkembang sesuai dengan perkembangan tubuh kita, pada waktu bayi umumya sistem imun masih belum banyak berkembang, beberapa komponen masih belum dapat bekerja optimal. Hal ini akan menyebabkan risiko terjadinya flebitis semakin besar.
Dengan bertambahnya usia dari anak-nak menuju remaja hingga dewasa, sistem imun berkembang untuk bekerja lebih optimal.
Pada prinsipnya, orang dengan kondisi sistem imun dalam keadaan prima, tidak mudah terkena infeksi yang sangat erat kaitannya dengan plebitis. Sistem imun yang belum bekerja dengan baik pada bayi ini akan memicu terjadinya plebitis dari agen infeksius sebagai penyebab terjadinya flebitis.
- Struktur Pembuluh Darah Vena Bayi yang masih rentan
Sri Rejeki, 2012, menjelaskan bahwa struktur belum berkembang sempurna, temasuk struktur pembuluh darah vena. Pembuluh darah vena memiliki struktur yang lembut dan berdinding tipis (Medicastore, tahun tidak dipublikasikan). Tentunya kondisi tersebut lebih lembut dan berdinding jauh lebih tipis pada tubuh bayi.
Strukur pembuluh darah vena yang tipis dan lembut akan lebih mudah pecah yang bisa berakibat terjadinya peningkatan plebitis pada bayi. Semakin meningkat usia bayi, maka secara perlahan maka struktur pembuluh darah venanya juga akan semakin baik.
- Gerak Refleks pada bayi
Gerak refleks merupakan gerak alami diluar kesadaran bayi yang bersifat normal dan berguna untuk melindungi tubuh bayi (Informasitips, 2012). Gerak refleks juga merupakan cara bayi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan diawal kehidupannya yang masih sangat lemah. Apabila pada bayi sudah dipasang kanula infus, maka gerakan refleks ini sewaktu-waktu dapat menggangu konsistensi kanula tersebut. Gangguan-gangguan yang diakibatkan gerakan spontan ini dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan insidensi plebitis pada bayi
Pertanyaan tambahan untuk kuesioner
- Sistem imun tubuh bayi yang masih belum berkembang sempurna dapat memicu terjadinya plebitis
- Pembuluh darah vena bayi yang berdinding tipis, kecil dan lembut merupakan faktor penyebab terjadinya plebitis
- Plebitis lebih banyak terjadi pada bayi yang lebih aktif bergerak (gerakan refleks)
Daftar pustaka
Darmawan, iyan. 2008. Flebitis, apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya?http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id=68&lang=id. diunduh pada tgl 23 Juni 2012, pukul 10.30 wib
nn, tidak dipublikasikan. Bilogi jantung dan pembuluh darah. http://medicastore.com/penyakit/5/Biologi_jantung_&_pembuluh_darah.html. diundauh pada tanggal 23 Juni, 2012, pukul 10.40 wib
nn, 2012. Macam-macam gerkan refleks pada bayi. http://informasitips.com/macam-macam-gerak-refleks-pada-bayi. diunduh pada tanggal 23 Juni, 2012, pukul 11.10 wib
NB:
Pembagian rentang usia berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya di Indonesia, tercantum dalam buku kurikulum dan hasil belajar anak usia dini yang terbagi ke dalam rentang tahapan berikut: (1) Masa bayi berusia lahir – 12 bulan; (2) Masa “toddler” atau balita usia 1-3 tahun; (3) Masa prasekolah usia 3-6 tahun; (4) Masa kelas B TK usia 4-5/6 tahun (Piaget dalamThe National for the Educational of Young Children (NAEYC)
Sabtu, 16 Juni 2012
Memberi Manfaat :)
Suatu ketika, rasa yang selama ini aku simpan tidak bisa aku bendung lagi. Kerinduan yang mendalam untuk bisa memberi manfaat kepada Tuhan melalui sesama. Ya, suatu bentuk ucapan syukur, ketika Tuhan memerikan aku hidup dan kesempatan untuk menghidupi kehidupan ini. Ini adalah anugrah, sebuah hadiah yang sangat istimewa dari Dia. Bagaimana aku bisa memberi manfaat kepada orang lain? Sesaat aku bingung memikirkannya. "Apa yang bisa aku lakukan?", tanyaku dalam hati.
Ternyata banyak sekali yang bisa aku lakukan. Banyak sekali! Mulai dari hal-hal kecil saja. Misalnya, aku bisa menyelamatkan bumi hanya dengan mematikan lampu yang tidak esensi untuk dinyalakan pada saat itu, membuang sampah pada tempatnya, hemat air, membersihkan kamar mandi, memberikan senyum bahkan menahan keinginan untuk makan banyak (Secara perutku sudah bunciiitt Bokkk!!!)
Mungkin Anda merasa aneh, mengapa menahan keinginan makan banyak bisa memberi manfaat pada orang lain? Kegiatan itu akan memberi manfaat kepada diriku sendiri, bukan? Ya, itu memang benar, itu akan memberi kegunaan baik pada diriku sendiri, tetapi jika dilihat lebih jauh lagi, bisa juga berdampak pada orang lain. Bagaimana ceritanya? Ketika aku melakukaan diit, alhasil aku akan menjadi lebih sehat dan bugar. Ketika aku sehat dan bugar, maka aku akan dapat melakukan banyak hal yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Itu penjelasan sederhanya!
Rasa syukur yang tak terhingga aku ucapkan pada Tuhan, ketika aku diberi kesempatan untuk menyadari bahwa aku akan sangat bermanfaat bagi orang lain melalui profesiku, Nurse! Melalui profesiku ini jalan terbuka sangat lebar untuk bisa melayani Tuhan, memberi manfaat kepada sesama.
Aku semakin memahami bahwa setiap orang membutuhkan orang lain. Melalui profesiku ini, aku bertemu dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang, bermacam karakter, budaya, sifat dan segala macam bentuk perbedaanya. Dan aku tahu, aku harus memberikan pelayananku yang terbaik. Rasa itu semakin sering datang mengingatkanku, manakala ada keinginanku untuk bisa bekerja di Depkes Pusat RI, yang artinya aku tidak bersentuhan langsung dengan orang sakit. Makanya, pada saat masih ada kesempatan untuk merawat orang sakit, aku harus benar-benar melakukannya dengan sebaik mungkin. Aku mau tegaskan disini bahwa aku memberi yang terbaik bukan semata-mata untuk mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain. Motivasiku adalah aku lakukan itu semua untuk Tuhan. Entahlah dalam prosesnya... Aku selalu berusaha merasakan kehadiran Tuhan, menatapku dan tersenyum kepadaku, ketika aku bekerja dan melakukan interaksi dan berkomunikasi dengan setiap pasien yang aku layani.
Sepertinya itu memang berhasil! Beberapa pasien mengatakan bahwa aku memang berbeda dengan perawat lainnya. Tentunya perbedaan itu menggambarkan perawat yang lebih baik. Perbedaan itu memang dirasakan oleh banyak pasien. Aku tidak bermaksud untuk membanggakan diri, tetapi jujur aku sangat senang dengan respon para pasien yang aku layani. Repson positif itu mengalir, tidak hanya diantara para pasien, tetapi percikan itu sampai pula kepada teman-teman perawat lainnya, kepada atasanku bahkan sampai kepada kepala ruanganku. Sekali lagi aku mau katakan: "Aku Senang".
Tetapi jujur, ada kekhawatiran timbul dalam hatiku. Aku khawatir kalau fokusku keluar jalur. Seperti aku bilang diawal bahwa aku melakukan yang terbaik, itu hanya untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk mencari pujian dari manusia. Yaah.. Tetapi itulah manusia, suka dipuji. Aku hanya bisa berusaha dan berharap bahwa aku terus diingatkan Tuhan agar aku tetap berjalan on track yang sudah ditetapkan Tuhan dan yang berkenan kepada Tuhan.
Ternyata banyak sekali yang bisa aku lakukan. Banyak sekali! Mulai dari hal-hal kecil saja. Misalnya, aku bisa menyelamatkan bumi hanya dengan mematikan lampu yang tidak esensi untuk dinyalakan pada saat itu, membuang sampah pada tempatnya, hemat air, membersihkan kamar mandi, memberikan senyum bahkan menahan keinginan untuk makan banyak (Secara perutku sudah bunciiitt Bokkk!!!)
Mungkin Anda merasa aneh, mengapa menahan keinginan makan banyak bisa memberi manfaat pada orang lain? Kegiatan itu akan memberi manfaat kepada diriku sendiri, bukan? Ya, itu memang benar, itu akan memberi kegunaan baik pada diriku sendiri, tetapi jika dilihat lebih jauh lagi, bisa juga berdampak pada orang lain. Bagaimana ceritanya? Ketika aku melakukaan diit, alhasil aku akan menjadi lebih sehat dan bugar. Ketika aku sehat dan bugar, maka aku akan dapat melakukan banyak hal yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Itu penjelasan sederhanya!
Rasa syukur yang tak terhingga aku ucapkan pada Tuhan, ketika aku diberi kesempatan untuk menyadari bahwa aku akan sangat bermanfaat bagi orang lain melalui profesiku, Nurse! Melalui profesiku ini jalan terbuka sangat lebar untuk bisa melayani Tuhan, memberi manfaat kepada sesama.
Aku semakin memahami bahwa setiap orang membutuhkan orang lain. Melalui profesiku ini, aku bertemu dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang, bermacam karakter, budaya, sifat dan segala macam bentuk perbedaanya. Dan aku tahu, aku harus memberikan pelayananku yang terbaik. Rasa itu semakin sering datang mengingatkanku, manakala ada keinginanku untuk bisa bekerja di Depkes Pusat RI, yang artinya aku tidak bersentuhan langsung dengan orang sakit. Makanya, pada saat masih ada kesempatan untuk merawat orang sakit, aku harus benar-benar melakukannya dengan sebaik mungkin. Aku mau tegaskan disini bahwa aku memberi yang terbaik bukan semata-mata untuk mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain. Motivasiku adalah aku lakukan itu semua untuk Tuhan. Entahlah dalam prosesnya... Aku selalu berusaha merasakan kehadiran Tuhan, menatapku dan tersenyum kepadaku, ketika aku bekerja dan melakukan interaksi dan berkomunikasi dengan setiap pasien yang aku layani.
Sepertinya itu memang berhasil! Beberapa pasien mengatakan bahwa aku memang berbeda dengan perawat lainnya. Tentunya perbedaan itu menggambarkan perawat yang lebih baik. Perbedaan itu memang dirasakan oleh banyak pasien. Aku tidak bermaksud untuk membanggakan diri, tetapi jujur aku sangat senang dengan respon para pasien yang aku layani. Repson positif itu mengalir, tidak hanya diantara para pasien, tetapi percikan itu sampai pula kepada teman-teman perawat lainnya, kepada atasanku bahkan sampai kepada kepala ruanganku. Sekali lagi aku mau katakan: "Aku Senang".
Tetapi jujur, ada kekhawatiran timbul dalam hatiku. Aku khawatir kalau fokusku keluar jalur. Seperti aku bilang diawal bahwa aku melakukan yang terbaik, itu hanya untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk mencari pujian dari manusia. Yaah.. Tetapi itulah manusia, suka dipuji. Aku hanya bisa berusaha dan berharap bahwa aku terus diingatkan Tuhan agar aku tetap berjalan on track yang sudah ditetapkan Tuhan dan yang berkenan kepada Tuhan.
Rabu, 02 Mei 2012
Liburan yang Seru
Dinas malam dua hari menyalakan warning
system dalam tubuhku. Badan ini terasa lemas, ngantuk dan kurang
bersemangat. Respon seperti itu akan hilang, apabila aku sudah lunas membayar
hutang waktu istirahat yang aku pinjam dua malam terakhir ini. Itu biasanya.
Tetapi, sekarang kok berbeda dengan grafik yang selama ini aku alami?Aku sudah
beristirahat, tidur dengan nyenyak sekali, tanpa ada gangguan. Tetapi badanku
kok masih belum berdamai juga dengan jiwa semangatku? Apa yang terjadi ya…?? Hmmm
… Akupun berpikir, berusaha untuk mencari tahu apa penyebab kejadian itu.
Zani, kekasih hati dan calon
pasangan hidupku, mungkin sudah merasakan atau punya feeling yang
menyatakan bahwa kami butuh hiburan. Selama ini, kami berdua terus disibukkan
dengan hal-hal yang cukup menyita pikiran, tenaga dan waktu. Rencana pernikahan
dengan segala tetek bengeknya, kebutuhan primer dan sekunder pasca pernikahan,
pekerjaaan, tutoring dan beberapa kegiatan lain yang selama ini
membenamkan kami, sehingga lupa memanjakan diri untuk refressing.
Ya, mungkin itu yang membuatku
tetap kurang segar ketika aku sudah memenuhi tuntutan tubuhku untuk
beristirahat. Aku butuh refressing!!! Hahahhaha … asyikkkkk …
“Beib, kita kemana? Bagaimana
kalau kita makan berdua, terus nonton?”, tanya Zani. “Itu mah sudah sering kita
lakukan berdua Cintaku… Kita sudah biasa makan di warteg, atau di rumah makan
padang terus nonton TV atau DVD. Ad aide lain ga, Dek?”
“Haha… Bang, kita makan dan nontonnya
di tempat yang berbeda, biar lebih seru! Makannya di resto dan nontonnya di
bioskop…”, Zani menyarankan. “Ok, baiklah..”, jawabku.
Kami pun jalan berdua. Dua mall ternama di kota Depok, kami jabani berdua
untuk mencari tempat makan yang pass dan film yang seru untuk ditonton.
Seperti
biasa, kami sering berdebat, beradu argument dan kami mengeluarkan dalil
handalan masing-masing. Seru juga sih, punya pacar yang smart. Keputusan
sekecil apapun yang diambil, pasti diperkirakan terlebih dahulu untung dan
ruginya… hahhahha…
Alhasil kami memutuskan untuk
makan di Solaria dan nonton di Platinum Screen, bioskop 21, menyisihkan
beberapa option lainnya…
Sembari makan, kami ngobrol
dengan topik yang ringan-ringan, bercanda dan tak lepas dari berfoto-foto season.
Ini merupakan part yang kurang aku sukai. Sudah terlalu banyak foto-foto
yang sama dan di moment yang sama. Setiap kali ada acara makan berdua,
pasti berfoto-foto. Huhf… Tapi tak apalah, agar sidia senang, hehehhe…
Sembari menunggu pesanan datang, mari berfose sebentar.. Cheese...!!!
Yeak!!!! Manis sekali Adek Yayangku ini...
:)
Lama nian, makanannya datang... Kalo di game dines dash, aku udah marah-marah dan pergi ni..
Tp sayang ini bukan game, ini kenyataan pahit yang harus aku alami; menunggu makanan sampai tertidur... hehehe
Berfoto lagi....!!!
Oi.. Dah lapar ni, jgan berfoto terus... ;(
Mari makan.... Nikmat...???
Makanan sudah habis, minuman
sudah lenyap, perutpun kenyang, masak kita langsung pergi nonton?
Menonton film merupakan aktivitas
untuk mencari hiburan dengan ikut terlibat dalam suasana yang diceritrakan
dalam film tersebut, tanpa melibatkan aktivitas fisik yang berarti. Kita hanya
duduk dan menikmati film. Just it!! Jadi, setelah makan dan sebelum menonton,
mari kita bakar kalori dengan mencuci mata. Melihat-lihat sesuatu, berkeling
sembari mencari hal-hal baru dan unik yang menarik mata dan hati.
Sepatunya gede amat... Apa Zaninya yang mengisut...?? Tapi masak sih...Haloo Zani...
Ada tontonan Sirkus gratis tuh...
Bakar kalorinya sudah cukup, mari
kita menonton. Tapi film apa yang seru ya? Kita lihat di screen playnya atau
minta rekomendasi dari teman. Setelah kita lihat-lihat dan di rekomensasikan
teman juga, film Battle Ship, pasti seru. Dan ternyata memang seru
habis!!! Dari awal cerita sampai akhir memang luar biasa. This film was the
best film that I have ever seen, so far.
Film ini mengkisahkan perjuangan
manusia melawan mahluk alien yang ingin menguasai bumi. Aku bisa mempelajari
nilai-nilai moral yang sangat bagus dalam film ini; persaudaraan, perhatian, kasih
sayang, percintaan, perjuangan, pengorbanan, kehormatan, keberanian dan
semangat!! Aku akan mencoba menuliskan synopsis ceritanya di sini. (Semoga saja
benar, hehehehe)
Bermula dari penemuan para ilmuan
terhadap planet baru yang memiliki sifat hampir sama dengan bumi. Planet baru
ini diberi nama planet G. Para ilmuan ini mengirimkan sinyal ke planet
tersebut, untuk memastikan,apakah di planet G ada penghuninya atau tidak.
Diharpakan siapapun yang menangkap sinyal tersebut bisa memberikan respon
komunikasi yang baik.
Dibagian bumi yang lain, Angkatan
Laut internasional mengadakan pelatihan keterampilan di kepulauan Hawaii. Ditenah-tengah
pelatihan yang sangat hebat dan canggih, ada kisah yang unik dan menarik dalam
pelatihan ini. Ada dua orang bersauara; Abang ada adek. Si Abang adalah sosok
yang disiplin, berwibawa, penuh perhatian dan tegas. Sementara si Adek,
walaupun memiliki potensi tetapi sedikit ceroboh. Kecerobohan sang adik
akhirnya bisa diluluhkan ketika si Abang tewas dalam perang laut melawan the
Reagen, alien/makhluk luar angkasa yang sudah menerima sinyal yang dikirim para
ilmuan. Kemampuan si Adek di uji saat dia harus mengambil alih tugas sang Abang
untuk memimpin anak buahnya menyelamatkan bumi melawan para alien.
Awalnya, ketika UFO itu dianggap
sebagai meteor bisa, tetapi ternyata yang datang itu adalah berupa pesawat luar
angkasa menimbulkan kekacauan di belahan dunia. The Reagen yang jatuh di
daratan, menghancurkan segala sesuatu yang memiliki sistem mesin dan yang jatuh
di lautan, menyusun formasi armada untuk menyerang bumi. Ketika itulah Armada
Angkatan Laut internasional menjadi basis pertahanan terakhir.
Perang antara angkatan laut dan
the ragen pun terjadi. Seni perang yang sangat apik di mainkan dalam film ini.
Beberapa kapal perang telah hancur, sehingga pada akhirnya digunakanlah kapal
perang The Pearl Harbour peninggalan perang dunia 2, yang sudah dijadikan
sebagai museum. Kapal perang ini sudah 70 tahun tidak digunakan, cara
mengoprasikan kapal ini juga menggunakan metode yang tidak secanggih kapal
perang sekarang. Hal yang menarik juga dalam film ini adalah ikut terlibatnya
para pensiunan angkatan laut yang masih bisa mengoprasikan The Pearl Harbour.
Kebayangkan para lansia ikut perang yang sangat sengit melawan para alien yang
memiliki kapal dan peralatan perang yang canggih luar biasa. Tetapi dengan
semangat dan seri perang yang mantap, akhirnya tim armada laut internasional pun
menang!
Thanks God, ada film sekeren ini.. Kiranya Engkau memberkati setiap orang yang terlibat dalam kegitan perfilman dunia, sehingga selalu menghadirkan film yang baik, yang mendidik, dan mengajak kami untuk selalu bersyukur kepadaMu... Amin
Selasa, 01 Mei 2012
Graduated! What's Next??
5 tahun aku menuntut ilmu di perguruan tinggi. Setiap tahun itu memiliki ceritra yang berbeda. Ditahun-tahun awal masih dalam proses adaptasi; beradaptasi dengan tempat yang baru, lingkungan baru, orang-orang baru, sistem dan gaya hidup yang baru dan mencoba untuk memahamidan memastikan diri apakah benar aku seharusnya ditempatkan di kampus ini, di fakultas ini (FIK-red). Di tahun-tahun selanjutnya, aku berjuang untuk memberi yang terbaik lewat kuliahku. Salah satu indikator utama yang aku tetapkan adalah bahwa aku harus lulus dengan nilai yang sangat memuaskan alias cum laude. Itu tidak gampang. Tetapi pasti bisa!
Aku masih ingat betul bagaimana aku harus mempersiapkan diri menghadapi UTS (ujian tengah semester) dan UAS (ujian akhir semester). Wuuuih... Perjuangan banget... Belajar bisa sampai tengah malam, untuk memastikan bahwa apa yang aku pelajari selama ini sudah benar-benar aku kuasai dan pahami.
Sama halnya ketika aku di semester akhir, masa penentuan kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana, masa dimana aku membuat dan menyusun suatu penelitian. Ini juga sesuatu banget... sesuatu!! Aku ingat ketika aku harus mengumpulkan data ke suatu komunitas yang belum aku kenal, perjuangan bok... hehehe ...Tapi karena memang dinikmati prosesnya, pada waktu menjalani proses itu happy-happy saja!
Butuh pejuangan yang lebih besar lagi yaitu pada tahap pendidikan Profesi. Tahap pendidikan profesi ini di ambil ketika sudah lulus dari S1 keperawatan. Kegiatannya adalah untuk mempraktikan langsung ilmu yang sudah di dapat dibangku kuliah ket indakan nyata dalam bentuk asuhan keperawatan. Ternyata itu tidak gampang, tetapi aku yakin aku pasti bisa!
Ya itulah pengorbanan... Banyak yang sudah aku korbankan, ketika aku mengambil keputusan untuk kuliah di sini. Aku harus berjuang agar pengorbanan itu memiliki akhir yang indah dan tidak berujung pada suatu penyesalan.
Setelah aku lulus kuliah, aku ingin bekerja sesuai dengan
bidang yang telah aku geluti selama 5 tahun belakangan ini. aku mahasiswa
fakultas ilmu keperawatan,tentunya aku menjadi perawat setelah aku lulus.
Semasa kuliah aku optimis dan tidak skeptic akan bidang yang
akan kujalani. Aku tahu sejak dari semester perkuliah kalau Tuhan punya rencana
besar dalam hidupku menempatkan aku di FIK UI. Tidak kebetulan aku berada
dikampus ini, jadi aku harus memberikan yang terbaik.
Usahaku tidak sia-sia. Berkat anugarah Tuhan, doa, kerja
keras, usaha, bimbingan dan dukungan aku dapat lulus S1 dan mendapat gelas
S.Kep. dan Ners dengan predikat Cum laude. Hasil yang sangat membanggakan bagi
diriku dan keluargaku.
Setelah aku lulus, aku kira aku akan menghadapi masa-masa yang
menyenangkan. Kenyataannya itu memang benar, aku merasa bebas, plong dan sangat
lega. Lega sekali. Selesai sudah tugasku. Tidak ada lagi tugas kuliah, tidak
ada lagi kerja kelompok, tidak ada lagi diskusi, praktikum, tidak ada lagi
kunjungan rumah sakit, panti jompo, komunitas, tidak ada lagi ujian. Ujian yang
menjadi momok yang sanat menakutkan. Aku seperti terlahir kembali dengan penuh
kemerdakaan. Tapi ternyata aku salah. Salah dalam memaknai semua itu. Apakah
tujuan hidupku hanya sebatas lulus kuliah? O… tidak bisa!! Aku tiak bisa
seperti itu, aku masih mempunyai mimpi. Mimpi untuk membawa bangsa ini kearah
perubahan yang lebih baik, khusunya dalam bidang kesehatan. Itu harus kucapai…
tentunya untuk mencapai itu harus dengan usaha dan kerja keras lagi, mulai dari
bawah.
Tantangan baru datang. Dunia kerja sebagai tempat untuk aku
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperjuangakan. Aku tidak mau ilmu itu
menguap begitu saja tanpa menyiram dan memberi kesegaran bagi mereka yang
membutuhkannya. Tentunya harus aku gunakan untuk kepentingan orang banyak.
Sangat idealis bukan…?? Walaupun tidak dapat dipungkiri, aku juga butuh dana
untuk membiayai hidupku. Tapi uang bukan tujuan akhir, uang hanya bonus dari
pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati dengan tetap berfokus kepada
Sumber Hidup ini.
Yang menjadi pertanyaan adalah dimana aku akan bekerja?
Awalnya aku sangat bingung. Aku mengajukan lamaran di berbagai rumah sakit, baik rumah sakit
swasta maupun negeri, bahkan di perusahaan. Aku diwawancara di berbagai rumah
sakit, bahkan aku sempat bekerja di klinik perusahaan yang terkenal. Tetapi
jujur, aku tidak nyaman, bukan karena masih dalam proses adaptasi, tetapi
memang aku yakin ilmuku yang rumit itu tidak dapat diaplikasikan di sebuah
klinik.
Aku mencari dan terus mencari. Ditengah-tengah kebingunanku,
aku kembali menemukan kepastian kalau Tuhan pasti memberi yang terbaik. Tidak
lama waktu berselang, handphone-ku bordering. Nomor baru. Tanpa piker panjang
aku angkat saja, entah siapapun itu aku tidak perduli. Yang pasti pasti ada
sesuatu, sehingga orang ini menghubungi aku. “Halo..” jawabku, “Hallo.. selamat
siang.. benar ini dengan Leo Ginting? Ya saya sendiri… Apakah Leo mengirimkan surat lamaran sebagai
perawat di rumah sakit Siloam? Ya.. baiklah, kalau begitu Anda boleh datang ke
rumah sakit Siloam untuk melakukan wawancara… Terima kasih...”
Jantungku berdegup kencang. Aku bahagia, ditengah-tengah
kecemasan dan pertanyaan persiapan apa yang harus aku lakukan untuk wawancara
itu? Puji Tuhan, ternyta orang yang aku sayangi sejak dari masa kuliah dulu,
juga dipanggil untuk wawancara di rumah sakit yang sama dan di waktu yang sama.
Kamipun segera mencari semua informasi tentang rumah sakit
itu, kami pahami visi-misinya, prestasinya dan semua yang perlu untuk
diketahui, kami cari semampu kami.
Hari itupun tiba, aku dan dia menjalani beberapa test dan
diwawancara dengan beberapa teman lainnya. Tapi keanehan dan kejanggalanpun
mulai terjadi. Aku dan dia, hanya menjalani 1 sesi wawancara pada hari itu.
Kata pewawancara kami, hal itu disebabkan karena bagian keperawatan yang
seharusnya mewawancarai kami sedang cuti dan kami dipersilahkan untuk pulang.
Kamipun berpikir positif, dan tetap mengharapkan sekali kalau kami dipanggil
wawancara untuk yang kedua kalinya. Waktu terus berjalan, panggilan itu tidak
kunjung datang juga. Kami terus menggunakan rasional kami dan berharap akan
segera ada panggilan lagi. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam dan
bahkan beberapa minggu kemudian, ada surat datang kepada kami berdua di
kos-kosan kami masing-masing. Surat itu berlogokan dan beralamatkan RS Siloam.
Rasanya campur aduk, tidak tahu apa yang dirasakan. Senang berada
ditengah-tengah kecemasan. Penasaran ingin segera tahu apa isi dari amplop
putih bergaris hijau itu
Aku dan Dia sama-sama membuka bungkusan kertas itu di tempat
kami masing-masing. Aku sendiri membukanya dengan tergesa-gesa, tidak sanggup
lagi membendung rasa penasaran yang sudah bergejolak dalam hatiku. Aku robek
amplopnya dan aku keluarkan isinya. Aku baca perlahan-lahan… kata demi kata aku
cerna baik-baik. Harapan itu masih ada. Aku masih berharap di surat itu ada
tertulis: “Selamat anda kami terima bergabung di RS Siloam…” atau paling tidak
“Anda kami harapkan datang kembali untuk wawancara selanjutnya…”, tetapi
kalimat seperti itu tidak juga aku baca. Sampailah mataku dibagian tengah dari
isi surat itu, dicetak tebal. Jantungku semakin berdegub kencang, aku
penasaran. Aku baca sekalai lagi kalimat
itu. Aku tidak percaya. Aku segera
menelefon pacarku, aku penasaran, apakah isi surat yang ia terima. Aku ingin
tahu. Ternyata, ada kabar bahagia. Selain mendaoat surat yang sama, kami juga
mendapat isi yang sama persis. Paling tidak perjuangan kami masih sama. Isi surat itu menyatakan
kalau kami masih punya kesempatan untuk mencari rumah sakit lain untuk
mengabdikan diri yang jauh lebih baik dari rumah sakit Siloam, alias kami tidak
diterima.
Huaaaaaaaaaaa…. Hatiku kecewa sekali. Sangat kecewa. Yang
kami sesalkan adalah dari rumah sakit itu tidak menyampaikan alasan mengapa
kami tidak diterima disana. Kalau disertakan alasan yang jelas, kami masih bisa
memperbaiki diri. Banyak pertanyaan dan
praduga yang muncul; apakah pada saat test academic, hasil test kami jelek atau ada hal lain? Tapi apa??? Tapi ya sudahlah, mungkin rumah sakit itu
memang bukan rumah sakit yang tepat buat kami bekerja.
Apapun yang kita rasakan dan alami dalam hidup ini, entah
bahagia atau dalam kondisi yang tidak menyengkan, itu semua hanya sementara,
waktu terus berjalan, hidup terus berputar dan kondisi hidup silih berganti itu akan terjadi pada setiap orang. Itu sama
artinya dengan kondisi yang aku alami baru-baru ini, aku tidak diterima di satu RS dan sungguh tidak
menyenangkan, tapi rasa itu berganti sudah, ketika aku diterima di RS
Fatmawati yang menjadi idola saai ini.
Setelah melalui berbagai test dan wawancara, saya diterima untuk
mengabdikan diri bagi nusa dan bangsa. Aku merasa sangat senang karena sekarang
statusku telah berubah dari seorang jobseeker (pengangguran) menjadi karyawan
(perawat). Semangat ini membara, jiwa untuk berkontribusi bagi masyarakat
berkobar, rasanya tidak sabar untuk bisa mengamalkan ilmu yang dengan susah
payah telah dipelajari. (Cieeeee.....) Aku berkata dalam hati: “Ini dia saatnya aku tunjukkan
bahwa aku adalah seorang Perawat on going Perawat Profesional, kenapa masih dalam
tahap on going? Ya, aku baru lulus, dan masih banyak hal yang harus dipelajari.
Aku harap seiring dengan berjalannya waktu, pengalamanku akan terus bertambah
dan dalam tahap proses itulah, aku akan menjadi perawat yang professional.
Thanks God, aku bisa menjalani proses ini. Semoga aku bisa menjadi sarana dan alat untuk kemuliaan namaMu melalui profesiku. Amin...
Senin, 30 April 2012
Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
Endoscopic retrograde cholangiopancreatography: Disingkat ERCP. Prosedur yang dilakukan untuk mendiagnosa dan merawat persoalan-persoalan pada hati, kantong empedu, saluran-saluran empedu, dan pankreas, termasuk batu-batu empedu, penyempitan-penyempitan yang meradang (luka-luka parut), kebocoran-kebocoran (dari trauma dan operasi), dan kanker. ERCP menggabungkan penggunaan dari x-rays dan endoscope (tabung yang panjang , lentur dan disinari). Melaluinya, dokter dapat melihat bagian dalam dari lambung dan duodenum dan menyuntikan dye kedalam saluran-saluran empedu dan pankreas sehingga mereka dapat dilihat pada x-ray. ERCP memakan waktu 30 menit sampai 2 jam. Kemungkinan komplikasi-komplikasi dari ERCP termasuk pancreatitis (peradangan pankreas), infeksi, perdarahan, dan perforasi (pelubangan) duodenum.
Untuk prosedur, pasien berbaring pada sisi kiri diatas meja pemeriksaan dalam ruang x-ray. Obat diberikan untuk membantu mematikan rasa belakang tenggorokan dan obat penenang biasanya diberikan untuk membantu tenang selama pemeriksaan. Pasien menelan endoscope, dan dokter kemudian memandu scope melalui esophagus, lambung, dan duodenum sampai ia mencapai tempat dimana saluran-saluran dari biliary tree dan pankreas membuka kedalam duodenum. Pada saat ini, pasien dibalik untuk berbaring rata pada lambung mereka, dan dokter melewatkan tabung plastik kecil melalui scope. Melalui tabung, dokter akan menyuntikan dye kedalam saluran-saluran untuk membuat mereka nampak dengan jelas pada x-rays. X-rays diambil segera setelah dye disuntikan.
Jika pemeriksaan menunjukan batu empedu atau penyempitan dari saluran-saluran, dokter dapat memasukan alat-alat kedalam scope untuk mengeluarkan atau membebaskan rintangan. Juga, samples jaringan (biopsi) dapat diambil untuk pengujian lebih lanjut.
Mungkin ada beberapa ketidaknyamanan ketika dokter meniupkan udara kedalam duodenum dan menyuntikan dye kedalam saluran-saluran. Setelah prosedur, pasien perlu berdiam di rumah sakit untuk 1 sampai 2 jam hingga obat penenang hilang. Jika jenis perawatan apa saja dilakukan selama ERCP, seperti mengeluarkan batu empedu, pasien mungkin perlu bermalam di rumah sakit.(http://www.totalkesehatananda.com/ercp.html)
Minggu, 29 April 2012
Asrama Mahasiswa UI
Asrama mahasiswa diperuntukkan untuk mahasiswa baru UI yang berasal dari daerah seluruh Indonesia sampai 4 semester. Asrama ini diperuntukkan untuk mahasiswa putri maupun putra, tentunya digedung yang berbeda. Tetapi antara mahasiswa putri dan putra tetap bisa ketemu ko, ya paling tidak di kantin sambil makan. Asrama ini dilengkapi oleh kantin yang makanannya sangat beraneka ragam dan harganya harga mahasiswa lho… hahahhahaha…
Sepulang kuliah, saat rasa capek mendera, kantin adalah salah
satu tempat untuk berpesta ria melepas semua rasa penat yang ada. Sambil makan
bersama, aku bisa mengobrol banyak dengan teman-teman. Sharing
pengalaman dengan teman-teman dan banyak canda ria yang tentunya sangat
menghibur dan bisa mengusir segala kejenuhan yang ada.
Aku menikmati sekali tinggal di asrama UI, banyak teman baru
yang aku temukan di asrama dari berbagai fakultas dan dari berbagai daerah.
Pertumbuhan rohaniku juga sangat terbina di asrma UI ini. Ada satu wadah untuk para mahasiswa Kristen
untuk saling menopang dan tentunya agar semakin dekat dengan Tuhan Yesus, yang
pada akhirnya menghasilkan alumni yang berintegritas, jujur, pekerja keras dan
takut akan Tuhan. Nama wadah itu adalah Persekutuan Mahasiswa Kristen Asrama
Universitas Indonesia (PMKA UI). Seminggu sekali ada ibadah bersama, dan dalam
setiap ibadah didatang pembicara yang sangat handal, kebanyakan dari mereka
adalah alumni UI juga. Setelah ibadah ada acara sharing bersama, tentang apa
yang didapat selama ibadah tadi. Selain ibadah mingguan, PMKA juga mengadakan
ibadah Natal dan Paskah. Seru sekali. Yang menjadi panitia adalah mahasiswa
baru dan mahasiswa senior di asrma menjadi pembimbingnya, siklus ini dilakukan
dalam setiap angkatan. Aku semakin menikmati tinggal diasrama ditahun kedua,
dimana aku menjadi salah satu pengurus PMKA. Aku kenal lebih banyak orang lagi,
aku bisa lebih dekat lagi dengan teman-teman, aku bisa memberi penguatan kepada
teman-teman khususnya adik tingkat.
Wanita itu, siapakah dia?
Di asrama mahasiswa UI juga aku bertemu sosok wanita yang menarik
hatiku. Pada pandangan pertama rasanya biasa saja, tidak ada yang special.
Hari-hari awal di asrama, aku bertemu dengan dia karena kami satu fakultas dan
sama-sama mengerjakan tugas Mabim (Masa Bimbingan) dan OKK (Orientasi Kehidupan
Kampus) di asrama. Kamipun semakin sering bertemu. Ada satu matakuliah dimana
kami si masukkan dalam kelompok yang sama. Hatiku dan perhatiankupun semakin
tertuju padanya, mana kala aku semakin kenal dia. Dia sangat periang, bisa
mencarikan suasana hati yang beku, mudah bergaul, humoris dan sangat pintar.
Akupun mulai suka padanya. Tetapi rasa itu aku pendam, tidak ada hasrat sedikitpun
berharap untuk bisa menjadi pacarnya. Aku tidak pantas baginya, aku kan seorang
yang pemalu dan sangat sulit untuk bergaul. Heheheh..
Setiap orang pada umumnya ingin bergaul dengan orang yang
mirip dengan dirinya . Kemiripan itu tidak harus dari segi fisik atau
penampilan, tetapi dapat pula dari segi status sosial, jenis kelamin,
keyakinan, kebudayaan, suku atau asal daerah. Itu juga yang aku alami dan
mungkin juga dia. Kami sama-sama berasal dari sumatara utara, suku batak, agama
dan belum punya banyak kenalan. Jadilah kami sering duduk dekat saat kuliah.
Kamipun semakin sering bertemu. Dia Kristen, aku Kristen, hal
itu juga membuat intestitas kami bertemu semakin sering, terutama saat
mengikuti kegiatan-kegiatan rohani seperti ibadah di asrama maupun di kampus.
Pengalaman Pertama di Bandara
Singkat ceritra, sampailah kami dibandara Polonia, Medan dan
sudah diputuskan bahwa yang berangkat adalah aku dan bapak. Ini merupakan
pengalaman pertama kami naik pesawat, tak khayal lagi itu membuat kami bingung,
melihat begitu banyak orang mengantri disana-sini sebelum naik pesawat.
Parahnya, kami tidak tahu mereka itu antri untuk apa, hahahhaha… dasar katrok!!
Kamipun mengikuti dan masuk dalam antrian. Petugas bandara memeriksa tiket
pesawat satu persatu dengan teliti. Masalah awal datang menghadang kami, nama
yang tertera ditiket dan orang yang berangkat tidak sama. Ditiket tertera nama
Mamak dan yang berangkat adalah Bapak, karena memang pada awalnya belum tahu
siapa yang akan menemani aku berangkat, jadi pada saat pembelian tiket
dilampirkan lah nama Mamak untuk salah satu tiket.
“Pak, tidak bisa begini, bapak harus beli tiket yang baru”,
kata petugasnya. Wah, kalau beli 1 tiket lagi mahal banget dan kami pun tidak
mau. Aku pun mencritakan kronologis mengapa sampai terjadi hal itu dan berharap
kami diizinkan untuk masuk. “Tidak bisa pak, kalau nanti terjadi apa-apa dengan
pesawat ini, bapak tidak mendapat santuan”.
“Kita sih berharap, tidak terjadi hal yang buruk dan kalaupun
itu terjadi, tidak masalah kalau kami tidak mendapat santuan”, jelas bapakku.
“Tetap tidak bisa pak. Begini sajalah, saya biarkan bapak masuk, kita
damai-damai saja. Bapak mengertikan maksud saya? Ketimbang bapak beli tiket 1
lagi? Jauh lebih mahal”, rayu sang petugas bandara. Wah mulai tidak beres ini
pikirku, tetapi benar juga, peraturan tetap peraturan dan sudah sepatutnya
untuk ditaati. “Ya sudahlah”, kata bapak. “Nanti kita salamkan saja”. “Berapa
pak? 50.000 cukup ga?” “ 20.000 pun udah hebat itu, mau curang pula dia”, kata
bapak lagi.
Setelah kami dan barang kami masuk semua, akupun menyalamkan
uang 20 ribuan kepada petugas. Sejenak dia diam, dan terlihat wajah kaget dari ekspresi
wajahnya. Dia meminta tambah. “Maaf pak, ini kami dari kampung-kampung, mau ke
Jakarta untuk urusan kuliah, tolong pengertiannya”. “Ga bisa, harus tambah”.
“Maaf pak”, kataku.
Sang petugas melapor keatasannya, sambil menggeleng-gelengkan
kepala, mereka akhirnya melepas dan membiarkan kami masuk. Hahahahha… Thanks
God, akhirnya kami bisa chek in juga, hehehhehehehe.
2 jam kemudian kami landing di Bandara Internasional
Soekarno Hatta, Jakarta. Kami dijemput oleh seorang saudara yang sudah tinggal
di ibukota ini. Kami naik taksi dan langsung meluncur cepat ke UI untuk
melakukan daftar ulang, karena hari ini merupakan hari terakhir pendaftaran
ulang mahasiswa baru.
Untuk mengantisipasi kebingunngan-kebingungan yang siap
menghadang, aku menghubungi salah satu teman yang sudah melakukan pendafataran
ulang, agar dia bisa membantu kami dalam proses daftar ulang tersebut. Puji
Tuhan, dia mau dan sangat banyak membantu dalam proses tersebut. Tidak
kebetulan juga, dia merupakan teman sedaerah dan saudara jauh dari keluarga
besar bapakku. Bujur ya…
Selesai melakukan daftar ulang yang cukup ribet, haripun
mulai sore, dan kami belum tahu harus menginap dimana. Sang penolong pun datang
dan memberitahukan kepada kami, kalau di UI ada Asrama Mahasiswa yang
dikhusukan untuk mahasiswa baru yang berasal dari daerah. Kamipun segera
meluncur ke asrama tersebut, jaraknya tidak jauh dan masih dalam kawasan UI.
Sesampainya di Asrama tersebut, pendaftaran sudah ditutup karena hari sudah
malam. “Wah, gimana ini, kita tinggal dimana dong?”. Kamipun mendatangi petugas
yang mengurusi pendaftaran masuk asrama itu dan menjelaskan bagimana kami
datang dan asal kami. Setelah mendengar cerita kami, petugas tadi pun
memfasilitasi kami sehingga kami bisa tinggal di asrama. Sekali lagi kami
mengucap syukur, Puji Tuhan.
Langganan:
Postingan (Atom)