We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others

When We Love God, We Will Serve People

Senin, 30 April 2012

Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)


Endoscopic retrograde cholangiopancreatography: Disingkat ERCP. Prosedur yang dilakukan untuk mendiagnosa dan merawat persoalan-persoalan pada hati, kantong empedu, saluran-saluran empedu, dan pankreas, termasuk batu-batu empedu, penyempitan-penyempitan yang meradang (luka-luka parut), kebocoran-kebocoran (dari trauma dan operasi), dan kanker. ERCP menggabungkan penggunaan dari x-rays dan endoscope (tabung yang panjang , lentur dan disinari). Melaluinya, dokter dapat melihat bagian dalam dari lambung dan duodenum dan menyuntikan dye kedalam saluran-saluran empedu dan pankreas sehingga mereka dapat dilihat pada x-ray. ERCP memakan waktu 30 menit sampai 2 jam. Kemungkinan komplikasi-komplikasi dari ERCP termasuk pancreatitis (peradangan pankreas), infeksi, perdarahan, dan perforasi (pelubangan) duodenum.
Untuk prosedur, pasien berbaring pada sisi kiri diatas meja pemeriksaan dalam ruang x-ray. Obat diberikan untuk membantu mematikan rasa belakang tenggorokan dan obat penenang biasanya diberikan untuk membantu tenang selama pemeriksaan. Pasien menelan endoscope, dan dokter kemudian memandu scope melalui esophagus, lambung, dan duodenum sampai ia mencapai tempat dimana saluran-saluran dari biliary tree dan pankreas membuka kedalam duodenum. Pada saat ini, pasien dibalik untuk berbaring rata pada lambung mereka, dan dokter melewatkan tabung plastik kecil melalui scope. Melalui tabung, dokter akan menyuntikan dye kedalam saluran-saluran untuk membuat mereka nampak dengan jelas pada x-rays. X-rays diambil segera setelah dye disuntikan.
Jika pemeriksaan menunjukan batu empedu atau penyempitan dari saluran-saluran, dokter dapat memasukan alat-alat kedalam scope untuk mengeluarkan atau membebaskan rintangan. Juga, samples jaringan (biopsi) dapat diambil untuk pengujian lebih lanjut.
Mungkin ada beberapa ketidaknyamanan ketika dokter meniupkan udara kedalam duodenum dan menyuntikan dye kedalam saluran-saluran. Setelah prosedur, pasien perlu berdiam di rumah sakit untuk 1 sampai 2 jam hingga obat penenang hilang. Jika jenis perawatan apa saja dilakukan selama ERCP, seperti mengeluarkan batu empedu, pasien mungkin perlu bermalam di rumah sakit.(http://www.totalkesehatananda.com/ercp.html)

Minggu, 29 April 2012

Asrama Mahasiswa UI



Asrama mahasiswa diperuntukkan untuk mahasiswa baru UI yang berasal dari daerah seluruh Indonesia sampai 4 semester. Asrama ini diperuntukkan untuk mahasiswa putri maupun putra, tentunya digedung yang berbeda. Tetapi antara mahasiswa putri dan putra tetap bisa ketemu ko, ya paling tidak di kantin sambil makan. Asrama ini dilengkapi oleh kantin yang makanannya sangat beraneka ragam dan harganya harga mahasiswa lho… hahahhahaha…
Sepulang kuliah, saat rasa capek mendera, kantin adalah salah satu tempat untuk berpesta ria melepas semua rasa penat yang ada. Sambil makan bersama, aku bisa mengobrol banyak dengan teman-teman. Sharing pengalaman dengan teman-teman dan banyak canda ria yang tentunya sangat menghibur dan bisa mengusir segala kejenuhan yang ada.
Aku menikmati sekali tinggal di asrama UI, banyak teman baru yang aku temukan di asrama dari berbagai fakultas dan dari berbagai daerah. Pertumbuhan rohaniku juga sangat terbina di asrma UI ini.  Ada satu wadah untuk para mahasiswa Kristen untuk saling menopang dan tentunya agar semakin dekat dengan Tuhan Yesus, yang pada akhirnya menghasilkan alumni yang berintegritas, jujur, pekerja keras dan takut akan Tuhan. Nama wadah itu adalah Persekutuan Mahasiswa Kristen Asrama Universitas Indonesia (PMKA UI). Seminggu sekali ada ibadah bersama, dan dalam setiap ibadah didatang pembicara yang sangat handal, kebanyakan dari mereka adalah alumni UI juga. Setelah ibadah ada acara sharing bersama, tentang apa yang didapat selama ibadah tadi. Selain ibadah mingguan, PMKA juga mengadakan ibadah Natal dan Paskah. Seru sekali. Yang menjadi panitia adalah mahasiswa baru dan mahasiswa senior di asrma menjadi pembimbingnya, siklus ini dilakukan dalam setiap angkatan. Aku semakin menikmati tinggal diasrama ditahun kedua, dimana aku menjadi salah satu pengurus PMKA. Aku kenal lebih banyak orang lagi, aku bisa lebih dekat lagi dengan teman-teman, aku bisa memberi penguatan kepada teman-teman khususnya adik tingkat.

Wanita itu, siapakah dia?
Di asrama mahasiswa UI juga aku bertemu sosok wanita yang menarik hatiku. Pada pandangan pertama rasanya biasa saja, tidak ada yang special. Hari-hari awal di asrama, aku bertemu dengan dia karena kami satu fakultas dan sama-sama mengerjakan tugas Mabim (Masa Bimbingan) dan OKK (Orientasi Kehidupan Kampus) di asrama. Kamipun semakin sering bertemu. Ada satu matakuliah dimana kami si masukkan dalam kelompok yang sama. Hatiku dan perhatiankupun semakin tertuju padanya, mana kala aku semakin kenal dia. Dia sangat periang, bisa mencarikan suasana hati yang beku, mudah bergaul, humoris dan sangat pintar. Akupun mulai suka padanya. Tetapi rasa itu aku pendam, tidak ada hasrat sedikitpun berharap untuk bisa menjadi pacarnya. Aku tidak pantas baginya, aku kan seorang yang pemalu dan sangat sulit untuk bergaul. Heheheh..
Setiap orang pada umumnya ingin bergaul dengan orang yang mirip dengan dirinya . Kemiripan itu tidak harus dari segi fisik atau penampilan, tetapi dapat pula dari segi status sosial, jenis kelamin, keyakinan, kebudayaan, suku atau asal daerah. Itu juga yang aku alami dan mungkin juga dia. Kami sama-sama berasal dari sumatara utara, suku batak, agama dan belum punya banyak kenalan. Jadilah kami sering duduk dekat saat kuliah.
Kamipun semakin sering bertemu. Dia Kristen, aku Kristen, hal itu juga membuat intestitas kami bertemu semakin sering, terutama saat mengikuti kegiatan-kegiatan rohani seperti ibadah di asrama maupun di kampus.

Pengalaman Pertama di Bandara


Singkat ceritra, sampailah kami dibandara Polonia, Medan dan sudah diputuskan bahwa yang berangkat adalah aku dan bapak. Ini merupakan pengalaman pertama kami naik pesawat, tak khayal lagi itu membuat kami bingung, melihat begitu banyak orang mengantri disana-sini sebelum naik pesawat. Parahnya, kami tidak tahu mereka itu antri untuk apa, hahahhaha… dasar katrok!! Kamipun mengikuti dan masuk dalam antrian. Petugas bandara memeriksa tiket pesawat satu persatu dengan teliti. Masalah awal datang menghadang kami, nama yang tertera ditiket dan orang yang berangkat tidak sama. Ditiket tertera nama Mamak dan yang berangkat adalah Bapak, karena memang pada awalnya belum tahu siapa yang akan menemani aku berangkat, jadi pada saat pembelian tiket dilampirkan lah nama Mamak untuk salah satu tiket.
“Pak, tidak bisa begini, bapak harus beli tiket yang baru”, kata petugasnya. Wah, kalau beli 1 tiket lagi mahal banget dan kami pun tidak mau. Aku pun mencritakan kronologis mengapa sampai terjadi hal itu dan berharap kami diizinkan untuk masuk. “Tidak bisa pak, kalau nanti terjadi apa-apa dengan pesawat ini, bapak tidak mendapat santuan”.
“Kita sih berharap, tidak terjadi hal yang buruk dan kalaupun itu terjadi, tidak masalah kalau kami tidak mendapat santuan”, jelas bapakku. “Tetap tidak bisa pak. Begini sajalah, saya biarkan bapak masuk, kita damai-damai saja. Bapak mengertikan maksud saya? Ketimbang bapak beli tiket 1 lagi? Jauh lebih mahal”, rayu sang petugas bandara. Wah mulai tidak beres ini pikirku, tetapi benar juga, peraturan tetap peraturan dan sudah sepatutnya untuk ditaati. “Ya sudahlah”, kata bapak. “Nanti kita salamkan saja”. “Berapa pak? 50.000 cukup ga?” “ 20.000 pun udah hebat itu, mau curang pula dia”, kata bapak lagi.
Setelah kami dan barang kami masuk semua, akupun menyalamkan uang 20 ribuan kepada petugas. Sejenak dia diam, dan terlihat wajah kaget dari ekspresi wajahnya. Dia meminta tambah. “Maaf pak, ini kami dari kampung-kampung, mau ke Jakarta untuk urusan kuliah, tolong pengertiannya”. “Ga bisa, harus tambah”. “Maaf pak”, kataku.
Sang petugas melapor keatasannya, sambil menggeleng-gelengkan kepala, mereka akhirnya melepas dan membiarkan kami masuk. Hahahahha… Thanks God, akhirnya kami bisa chek in juga, hehehhehehehe.
2 jam kemudian kami landing di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta. Kami dijemput oleh seorang saudara yang sudah tinggal di ibukota ini. Kami naik taksi dan langsung meluncur cepat ke UI untuk melakukan daftar ulang, karena hari ini merupakan hari terakhir pendaftaran ulang mahasiswa baru.
Untuk mengantisipasi kebingunngan-kebingungan yang siap menghadang, aku menghubungi salah satu teman yang sudah melakukan pendafataran ulang, agar dia bisa membantu kami dalam proses daftar ulang tersebut. Puji Tuhan, dia mau dan sangat banyak membantu dalam proses tersebut. Tidak kebetulan juga, dia merupakan teman sedaerah dan saudara jauh dari keluarga besar bapakku. Bujur ya…
Selesai melakukan daftar ulang yang cukup ribet, haripun mulai sore, dan kami belum tahu harus menginap dimana. Sang penolong pun datang dan memberitahukan kepada kami, kalau di UI ada Asrama Mahasiswa yang dikhusukan untuk mahasiswa baru yang berasal dari daerah. Kamipun segera meluncur ke asrama tersebut, jaraknya tidak jauh dan masih dalam kawasan UI. Sesampainya di Asrama tersebut, pendaftaran sudah ditutup karena hari sudah malam. “Wah, gimana ini, kita tinggal dimana dong?”. Kamipun mendatangi petugas yang mengurusi pendaftaran masuk asrama itu dan menjelaskan bagimana kami datang dan asal kami. Setelah mendengar cerita kami, petugas tadi pun memfasilitasi kami sehingga kami bisa tinggal di asrama. Sekali lagi kami mengucap syukur, Puji Tuhan.

Jakarta, I’m coming


Suatu ketika, Mamak menanyakan dan meningatkan aku, kapan aku akan berangkat ke Jakarta untuk daftar ulang. Soalnya, aku sepertinya santai-santai saja, tanpa mencari informasi kapan daftar ulang itu dilakukan. Mamak mendesakku untuk bertindak segera. Akupun menghubungi dan bertanya kepada salah satu teman yang sudah berada di UI. Katanya: “Pendaftaran ulang berakhir dalam 2 hari ini”, akupun langsung panik. Dalam 2 hari aku harus mempersiapkan semuanya untuk keberangkatanku ke Jakarta: tiket pesawat belum ada, siapa yang menemani aku ke Jakarta belum tahu, uang belum dipersiapakn berapa jumlah yang harus dibawa, sesampainya di Jakarta kami tinggal dimana, UI dimana letaknya kami sama sekali tidak tahu, dan lain-lainnya.  Aku langsung memberi kabar itu kepada keluargaku. Orang tuaku pun langsung mencarikan tiket pesawat untuk jadwal penerbangan besok paginya.
Orangtuaku dan keluargaku bahkan aku sendiri belum menyiapkan hati untuk hal ini. Agak syok dan panik, semuanya disiapkan dalam 1 hari sebelum keberangktanku. Keluargakupun mengadakan acara perpisahan kecil-kecilan dan berdoa bersama. Jakarta, I am coming.

Penentuan Masa Depanku


Aku menyebutnya penentuan masa depan karena melalui keputusan yang akan aku ambil itulah gambaran bagaimana aku akan hidup, dibidang apa akan aku bekerja dan bagimana aku akan menghabiskan hidupku. Tentunya tidak terlepas dari campur tangan Sang Maha Kuasa. Masa itu adalah masa dimana aku harus memilih jurusan apa yang akan aku ambil di dunia perguruan tinggi, yang menjadi cikal bakal pekarjaan yang akan aku geluti.
Setelah ujian nasional ditingkat SMU, aku belum yakin aku mau masuk jurusan apa pada saat kuliah nantinya. Aku mengikuti berbagai bimbingan belajar sebagai persiapan aku ikut SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).  Aku dapat informasi dari beberapa orang kalau masuk STAN (Sekolah Tinggi Akuntasi Negara)  akan memiliki masa depan yang baik, kuliah dibiayai dan setelah lulus kuliah juga langsung dapat kerja (penempatan kerja). Wow, keren tuh kayaknya. Jadi seketika itu juga aku memutuskan untuk mau masuk STAN. Aku tinggalkan bimbelku, aku ikut kursus untuk persiapan ujian masuk STAN. Aku belajar giat untuk STAN ini.
Aku tidak mau mengabil risiko jadi aku ikut ujian STAN dan SPMB juga. Yang menjadi masalah sekarang adalah SPMBnya. Aku belum tahu mau ambil jurusan apa. Yang aku tahu bahwa UI (Universita Indonesia) dan ITB (Institut Teknologi Bandung) merupakan universitas yang sangat difavoritkan di Indonesia. Ditengah-tengah kebingunganku akan masa depan, aku memilih 2 universitas itu sebagai target dan tujuan masa depanku setelah STAN. Tapi mau juruasn apa???
Bingung… Aku coba buka buku yang bersisi tentang juruan-jurusan yang ada di universitas. Setelah aku liat, banding-bandingkan,piker-pikirkan, sepertinya jurusan FIK UI (Fakultas Ilmu Keperawatan) dan Teknik Geologi ITB adalah jurusan yang cocok untukku, aku pasti bisa lulus di salah satu jurusan itu, yang manapun dari 2 itu, yang terpenting aku bisa lulus di univeritas yang banyak diidam-idamkan di negeri ini. Yah walapun nantinya aku tidak lulus di STAN, aku masih bisa punya cadangan yang lain. Itu artinya 2 untiversitas itu adalah tujuanku setelah STAN. Itu akan membuatku cukup berbangga hati.
Aku ikuti ujian STAN dan SPMB. Pengumuman hasil SPMB lebih dahulu keluar dari hasil ujian STAN. Hasil SPMB menyatakan aku lulus di FIK UI, sementara hasil ujian STAN belum keluar. Aku masih berharap kalau aku bisa lulus di STAN dan sambil menunggu pengumuman itu aku harus melakukan daftar ulang di FIK UI, sebagai cadangan bagimana masa depanku. Oke, keputusan itu telah aku ambil, aku tidak boleh mengambil risiko, aku akan melakukan daftar ulang di FIK UI.

Orang Tua, Keluarga… Mereka Adalah Sumber Inspirasiku



Aku menyadari satu hal yang menyebabkan aku belum nyaman adalah, ketidaksiapanku berpisah dengan kedua orang tuaku. Aku masih sering sekali mengingat dan membayangkan mereka bekerja keras di ladang. Selama ini, aku bisa membantu mereka, meringankan beban mereka. Apalagi pada saat itu, beternak kerbau masih menjadi salah satu rutinitas keluargaku. Aku sedih membayangkan itu semua, orang tuaku harus mengerjakan semuanya tanpa dibantu orang lain. Tanpa aku, yang selama ini masih bisa meringankan beban mereka untuk mengurusi kerbau dan pekerjaan kecil lainnya. Aku sedih sekali, air matapun menetes dan membasahi pipiku. Aku sedih setiap kali aku mengingat orang tuaku dan itu juga yang memotivasi dan memberi semangat kepadaku, agar aku bisa bertahan dan membetahkan diri di kota ini. Aku selalu berdoa kepada Tuhan, agar orang tuaku dijaga dan diberi kekuatan serta kesehatan.  Aku sangat menyayangi mereka. Aku semakin menyadiri kalau keluarga adalah salah satu kado terindah yang dianugrahkan Tuhan dalam hidupku.
Dalam rasa gundah gulana yang aku alami itu, aku menanamkan satu tekad bahwa aku harus memberikan yang terbaik dalam sekolahku dan membuat keluargaku menjadi bangga kepadaku. Aku harus rajin belajar dan tidak boleh neko-neko. Aku harus selalu di jalan yang lurus dan benar. Aku tidak boleh membuat orang tuaku dan keluarga besarku kecewa dan membiarkan usaha dan kerja keras mereka berlalu begitu saja, tidak boleh sia-sia tanpa memberikan sesuatu yang membuat mereka tersenyum. Senyum kebanggan yang dari Tuhan.
Aku menyadari, bahwa Tuhanlah satu-satunya yang dapat membantu aku. Aku rajin berdoa dan setiap pagi sebelum mulai kegiatan sekolah aku selalu menyempatkan diri ke gereja untuk mengikuti Misa Kudus pagi. Gereja itu masih satu kompleks dengan SMA Cahaya, sehingga dengan mudah aku bisa selalu beribadah.  Aku rutin mengikuti ibadah pagi. Apabila itu terlewati, rasanya ada sesuatu yang hilang, walaupun di kelas juga setiap paginya ada renungan pagi, sebelum memulai pelajaran.
Orangtua dan keluarga adalah sumber semangatku. Aku belajar dengan baik, aku selalu berusaha untuk bisa memahami setiap pelajaranku. Setelah pulang sekolah, aku meluangkan waktu untuk mengulang kembali pelajaran yang aku pelajari tadi disekolah, mengerjakan tugas dan memperisapkan pelajaran untuk esok harinya.
Puji Tuhan, usahaku diberkati dan membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Aku berhasil menjadi siswa terbaik. Di semester pertama aku menjapat juara satu disekolah. Aku sangat senang, aku bisa membuat orang tua, abang-kakak dan keluarga lainnya dan teman-teman di kampung bangga. “Terima kasih Tuhan, Engkau selalu menyertai aku dimasa-masa hidupku, usahaku tidak sia-sia Tuhan. Engaku memang Allah yang baik. Terima kasih Bapa”.

Mempertahankan jauh lebih sulit daripada mencapai apa yang sudah kita peroleh. Prestasiku disekolah, memicuku untuk tetap bertahan. Hari demi hari berlalau, minggu pun lewat, bulanpun datang, semangatku mulai kendor. Tetapi ketika aku teringat kembali orang tuaku, semangat itu melonjak kembali. Itulah yang aku lakukan setiap kali aku merasa lelah, tidak bersemangat untuk belajar. Aku langsung mengingat dan membayangkan kembali orang tua dan keluargaku. Kekuatan yang luar biasa aku dapat dari mereka. Itu terbukti sangat ampuh, aku selalu mendapat predikat juara satu selama aku di SMU Cahaya, tentunya itu juga tidak terlepas dari bantuan Tuhan. Tuhan selalau memberi aku semangat dan motivasi yang kuat untuk melalukan yang terbaik melalaui orang tua dan keluargaku. Terimakasih Bapaku.