We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others

When We Love God, We Will Serve People

Rabu, 02 Mei 2012

Liburan yang Seru


Dinas malam dua hari menyalakan warning system dalam tubuhku. Badan ini terasa lemas, ngantuk dan kurang bersemangat. Respon seperti itu akan hilang, apabila aku sudah lunas membayar hutang waktu istirahat yang aku pinjam dua malam terakhir ini. Itu biasanya. Tetapi, sekarang kok berbeda dengan grafik yang selama ini aku alami?Aku sudah beristirahat, tidur dengan nyenyak sekali, tanpa ada gangguan. Tetapi badanku kok masih belum berdamai juga dengan jiwa semangatku? Apa yang terjadi ya…?? Hmmm … Akupun berpikir, berusaha untuk mencari tahu apa penyebab kejadian itu.
Zani, kekasih hati dan calon pasangan hidupku, mungkin sudah merasakan atau punya feeling yang menyatakan bahwa kami butuh hiburan. Selama ini, kami berdua terus disibukkan dengan hal-hal yang cukup menyita pikiran, tenaga dan waktu. Rencana pernikahan dengan segala tetek bengeknya, kebutuhan primer dan sekunder pasca pernikahan, pekerjaaan, tutoring dan beberapa kegiatan lain yang selama ini membenamkan kami, sehingga lupa memanjakan diri untuk refressing.
Ya, mungkin itu yang membuatku tetap kurang segar ketika aku sudah memenuhi tuntutan tubuhku untuk beristirahat. Aku butuh refressing!!! Hahahhaha … asyikkkkk …
“Beib, kita kemana? Bagaimana kalau kita makan berdua, terus nonton?”, tanya Zani. “Itu mah sudah sering kita lakukan berdua Cintaku… Kita sudah biasa makan di warteg, atau di rumah makan padang terus nonton TV atau DVD. Ad aide lain ga, Dek?”
“Haha… Bang, kita makan dan nontonnya di tempat yang berbeda, biar lebih seru! Makannya di resto dan nontonnya di bioskop…”, Zani menyarankan. “Ok, baiklah..”, jawabku.
Kami pun jalan berdua. Dua mall  ternama di kota Depok, kami jabani berdua untuk mencari tempat makan yang pass dan film yang seru untuk ditonton.
Seperti biasa, kami sering berdebat, beradu argument dan kami mengeluarkan dalil handalan masing-masing. Seru juga sih, punya pacar yang smart. Keputusan sekecil apapun yang diambil, pasti diperkirakan terlebih dahulu untung dan ruginya… hahhahha…
Alhasil kami memutuskan untuk makan di Solaria dan nonton di Platinum Screen, bioskop 21, menyisihkan beberapa option lainnya…
Sembari makan, kami ngobrol dengan topik yang ringan-ringan, bercanda dan tak lepas dari berfoto-foto season. Ini merupakan part yang kurang aku sukai. Sudah terlalu banyak foto-foto yang sama dan di moment yang sama. Setiap kali ada acara makan berdua, pasti berfoto-foto. Huhf… Tapi tak apalah, agar sidia senang, hehehhe…
 Sembari menunggu pesanan datang, mari berfose sebentar.. Cheese...!!!





Yeak!!!! Manis sekali Adek Yayangku ini...
:)


Lama nian, makanannya datang... Kalo di game dines dash, aku udah marah-marah dan pergi ni..
Tp sayang ini bukan game, ini kenyataan pahit yang harus aku alami; menunggu makanan sampai tertidur... hehehe



Berfoto lagi....!!!
Oi.. Dah lapar ni, jgan berfoto terus... ;(


 




 Mari makan.... Nikmat...???




Makanan sudah habis, minuman sudah lenyap, perutpun kenyang, masak kita langsung pergi nonton?
Menonton film merupakan aktivitas untuk mencari hiburan dengan ikut terlibat dalam suasana yang diceritrakan dalam film tersebut, tanpa melibatkan aktivitas fisik yang berarti. Kita hanya duduk dan menikmati film. Just it!! Jadi, setelah makan dan sebelum menonton, mari kita bakar kalori dengan mencuci mata. Melihat-lihat sesuatu, berkeling sembari mencari hal-hal baru dan unik yang menarik mata dan hati. 
 Sepatunya gede amat... Apa Zaninya yang mengisut...?? Tapi masak sih...
Haloo Zani...




Ada tontonan Sirkus gratis tuh...




 Bakar kalorinya sudah cukup, mari kita menonton. Tapi film apa yang seru ya? Kita lihat di screen playnya atau minta rekomendasi dari teman. Setelah kita lihat-lihat dan di rekomensasikan teman juga, film Battle Ship, pasti seru. Dan ternyata memang seru habis!!! Dari awal cerita sampai akhir memang luar biasa. This film was the best film that I have ever seen, so far.

 
Film ini mengkisahkan perjuangan manusia melawan mahluk alien yang ingin menguasai bumi. Aku bisa mempelajari nilai-nilai moral yang sangat bagus dalam film ini; persaudaraan, perhatian, kasih sayang, percintaan, perjuangan, pengorbanan, kehormatan, keberanian dan semangat!! Aku akan mencoba menuliskan synopsis ceritanya di sini. (Semoga saja benar, hehehehe)
Bermula dari penemuan para ilmuan terhadap planet baru yang memiliki sifat hampir sama dengan bumi. Planet baru ini diberi nama planet G. Para ilmuan ini mengirimkan sinyal ke planet tersebut, untuk memastikan,apakah di planet G ada penghuninya atau tidak. Diharpakan siapapun yang menangkap sinyal tersebut bisa memberikan respon komunikasi yang baik.
Dibagian bumi yang lain, Angkatan Laut internasional mengadakan pelatihan keterampilan di kepulauan Hawaii. Ditenah-tengah pelatihan yang sangat hebat dan canggih, ada kisah yang unik dan menarik dalam pelatihan ini. Ada dua orang bersauara; Abang ada adek. Si Abang adalah sosok yang disiplin, berwibawa, penuh perhatian dan tegas. Sementara si Adek, walaupun memiliki potensi tetapi sedikit ceroboh. Kecerobohan sang adik akhirnya bisa diluluhkan ketika si Abang tewas dalam perang laut melawan the Reagen, alien/makhluk luar angkasa yang sudah menerima sinyal yang dikirim para ilmuan. Kemampuan si Adek di uji saat dia harus mengambil alih tugas sang Abang untuk memimpin anak buahnya menyelamatkan bumi melawan para alien.
Awalnya, ketika UFO itu dianggap sebagai meteor bisa, tetapi ternyata yang datang itu adalah berupa pesawat luar angkasa menimbulkan kekacauan di belahan dunia. The Reagen yang jatuh di daratan, menghancurkan segala sesuatu yang memiliki sistem mesin dan yang jatuh di lautan, menyusun formasi armada untuk menyerang bumi. Ketika itulah Armada Angkatan Laut internasional menjadi basis pertahanan terakhir.
Perang antara angkatan laut dan the ragen pun terjadi. Seni perang yang sangat apik di mainkan dalam film ini. Beberapa kapal perang telah hancur, sehingga pada akhirnya digunakanlah kapal perang The Pearl Harbour peninggalan perang dunia 2, yang sudah dijadikan sebagai museum. Kapal perang ini sudah 70 tahun tidak digunakan, cara mengoprasikan kapal ini juga menggunakan metode yang tidak secanggih kapal perang sekarang. Hal yang menarik juga dalam film ini adalah ikut terlibatnya para pensiunan angkatan laut yang masih bisa mengoprasikan The Pearl Harbour. Kebayangkan para lansia ikut perang yang sangat sengit melawan para alien yang memiliki kapal dan peralatan perang yang canggih luar biasa. Tetapi dengan semangat dan seri perang yang mantap, akhirnya tim armada laut internasional pun menang!
Thanks God, ada film sekeren ini.. Kiranya Engkau memberkati setiap orang yang terlibat dalam kegitan perfilman dunia, sehingga selalu menghadirkan film yang baik, yang mendidik, dan mengajak kami untuk selalu bersyukur kepadaMu... Amin

Selasa, 01 Mei 2012

Graduated! What's Next??



Lebih dari seperempat abad aku telah menjalani hidup ini. Banyak sekali yang telah aku lalui; suka dan duka; senang dan sedih; jatuh dan bangun; sakit dan sehat; hampir putus asa dan semangat yang membara; semuanya telah dan terus akan aku lalu. Aku bahagia dengan itu semua, aku senang, walaupun pada saat menghadapi masa-masa sulit dalam hidup tidak jarang aku seperti laki-laki bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa. Hhhmmm.. tapi semangat ku hidup kembali, ketika aku mengingat Tuhanku, yang telah mengatur segala jalan hidupku.

5 tahun aku menuntut ilmu di perguruan tinggi. Setiap tahun itu memiliki ceritra yang berbeda. Ditahun-tahun awal masih dalam proses adaptasi; beradaptasi dengan tempat yang baru, lingkungan baru, orang-orang baru, sistem dan gaya hidup yang baru dan mencoba untuk memahamidan memastikan diri apakah benar aku seharusnya ditempatkan di kampus ini, di fakultas ini (FIK-red). Di tahun-tahun selanjutnya, aku berjuang untuk memberi yang terbaik lewat kuliahku. Salah satu indikator utama yang aku tetapkan adalah bahwa aku harus lulus dengan nilai yang sangat memuaskan alias cum laude. Itu tidak gampang. Tetapi pasti bisa!
Aku masih ingat betul bagaimana aku harus mempersiapkan diri menghadapi UTS (ujian tengah semester) dan UAS (ujian akhir semester). Wuuuih... Perjuangan banget...  Belajar bisa sampai tengah malam, untuk memastikan bahwa apa yang aku pelajari selama ini sudah benar-benar aku kuasai dan pahami.

Sama halnya ketika aku di semester akhir, masa penentuan kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana, masa dimana aku membuat dan menyusun suatu penelitian. Ini juga sesuatu banget... sesuatu!! Aku ingat ketika aku harus mengumpulkan data ke suatu komunitas yang belum aku kenal, perjuangan bok... hehehe ...Tapi karena memang dinikmati prosesnya, pada waktu menjalani proses itu happy-happy saja! 
Butuh pejuangan yang lebih besar lagi yaitu pada tahap pendidikan Profesi. Tahap pendidikan profesi ini di ambil ketika sudah lulus dari S1 keperawatan. Kegiatannya adalah untuk mempraktikan langsung ilmu yang sudah di dapat dibangku kuliah ket indakan nyata dalam bentuk asuhan keperawatan. Ternyata itu tidak gampang, tetapi aku yakin aku pasti bisa!

Ya itulah pengorbanan... Banyak yang sudah aku korbankan, ketika aku mengambil keputusan untuk kuliah di sini. Aku harus berjuang agar pengorbanan itu memiliki akhir yang indah dan tidak berujung pada suatu penyesalan.

Setelah aku lulus kuliah, aku ingin bekerja sesuai dengan bidang yang telah aku geluti selama 5 tahun belakangan ini. aku mahasiswa fakultas ilmu keperawatan,tentunya aku menjadi perawat setelah aku lulus.
Semasa kuliah aku optimis dan tidak skeptic akan bidang yang akan kujalani. Aku tahu sejak dari semester perkuliah kalau Tuhan punya rencana besar dalam hidupku menempatkan aku di FIK UI. Tidak kebetulan aku berada dikampus ini, jadi aku harus memberikan yang terbaik.
Usahaku tidak sia-sia. Berkat anugarah Tuhan, doa, kerja keras, usaha, bimbingan dan dukungan aku dapat lulus S1 dan mendapat gelas S.Kep. dan Ners dengan predikat Cum laude. Hasil yang sangat membanggakan bagi diriku dan keluargaku.
Setelah aku lulus, aku kira aku akan menghadapi masa-masa yang menyenangkan. Kenyataannya itu memang benar, aku merasa bebas, plong dan sangat lega. Lega sekali. Selesai sudah tugasku. Tidak ada lagi tugas kuliah, tidak ada lagi kerja kelompok, tidak ada lagi diskusi, praktikum, tidak ada lagi kunjungan rumah sakit, panti jompo, komunitas, tidak ada lagi ujian. Ujian yang menjadi momok yang sanat menakutkan. Aku seperti terlahir kembali dengan penuh kemerdakaan. Tapi ternyata aku salah. Salah dalam memaknai semua itu. Apakah tujuan hidupku hanya sebatas lulus kuliah? O… tidak bisa!! Aku tiak bisa seperti itu, aku masih mempunyai mimpi. Mimpi untuk membawa bangsa ini kearah perubahan yang lebih baik, khusunya dalam bidang kesehatan. Itu harus kucapai… tentunya untuk mencapai itu harus dengan usaha dan kerja keras lagi, mulai dari bawah.
Tantangan baru datang. Dunia kerja sebagai tempat untuk aku dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperjuangakan. Aku tidak mau ilmu itu menguap begitu saja tanpa menyiram dan memberi kesegaran bagi mereka yang membutuhkannya. Tentunya harus aku gunakan untuk kepentingan orang banyak. Sangat idealis bukan…?? Walaupun tidak dapat dipungkiri, aku juga butuh dana untuk membiayai hidupku. Tapi uang bukan tujuan akhir, uang hanya bonus dari pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati dengan tetap berfokus kepada Sumber Hidup ini.
Yang menjadi pertanyaan adalah dimana aku akan bekerja? Awalnya aku sangat bingung. Aku mengajukan lamaran  di berbagai rumah sakit, baik rumah sakit swasta maupun negeri, bahkan di perusahaan. Aku diwawancara di berbagai rumah sakit, bahkan aku sempat bekerja di klinik perusahaan yang terkenal. Tetapi jujur, aku tidak nyaman, bukan karena masih dalam proses adaptasi, tetapi memang aku yakin ilmuku yang rumit itu tidak dapat diaplikasikan di sebuah klinik.
Aku mencari dan terus mencari. Ditengah-tengah kebingunanku, aku kembali menemukan kepastian kalau Tuhan pasti memberi yang terbaik. Tidak lama waktu berselang, handphone-ku bordering. Nomor baru. Tanpa piker panjang aku angkat saja, entah siapapun itu aku tidak perduli. Yang pasti pasti ada sesuatu, sehingga orang ini menghubungi aku. “Halo..” jawabku, “Hallo.. selamat siang.. benar ini dengan Leo Ginting? Ya saya sendiri…  Apakah Leo mengirimkan surat lamaran sebagai perawat di rumah sakit Siloam? Ya.. baiklah, kalau begitu Anda boleh datang ke rumah sakit Siloam untuk melakukan wawancara… Terima kasih...”
Jantungku berdegup kencang. Aku bahagia, ditengah-tengah kecemasan dan pertanyaan persiapan apa yang harus aku lakukan untuk wawancara itu? Puji Tuhan, ternyta orang yang aku sayangi sejak dari masa kuliah dulu, juga dipanggil untuk wawancara di rumah sakit yang sama dan di waktu yang sama.
Kamipun segera mencari semua informasi tentang rumah sakit itu, kami pahami visi-misinya, prestasinya dan semua yang perlu untuk diketahui, kami cari semampu kami.
Hari itupun tiba, aku dan dia menjalani beberapa test dan diwawancara dengan beberapa teman lainnya. Tapi keanehan dan kejanggalanpun mulai terjadi. Aku dan dia, hanya menjalani 1 sesi wawancara pada hari itu. Kata pewawancara kami, hal itu disebabkan karena bagian keperawatan yang seharusnya mewawancarai kami sedang cuti dan kami dipersilahkan untuk pulang. Kamipun berpikir positif, dan tetap mengharapkan sekali kalau kami dipanggil wawancara untuk yang kedua kalinya. Waktu terus berjalan, panggilan itu tidak kunjung datang juga. Kami terus menggunakan rasional kami dan berharap akan segera ada panggilan lagi. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam dan bahkan beberapa minggu kemudian, ada surat datang kepada kami berdua di kos-kosan kami masing-masing. Surat itu berlogokan dan beralamatkan RS Siloam. Rasanya campur aduk, tidak tahu apa yang dirasakan. Senang berada ditengah-tengah kecemasan. Penasaran ingin segera tahu apa isi dari amplop putih bergaris hijau itu
Aku dan Dia sama-sama membuka bungkusan kertas itu di tempat kami masing-masing. Aku sendiri membukanya dengan tergesa-gesa, tidak sanggup lagi membendung rasa penasaran yang sudah bergejolak dalam hatiku. Aku robek amplopnya dan aku keluarkan isinya. Aku baca perlahan-lahan… kata demi kata aku cerna baik-baik. Harapan itu masih ada. Aku masih berharap di surat itu ada tertulis: “Selamat anda kami terima bergabung di RS Siloam…” atau paling tidak “Anda kami harapkan datang kembali untuk wawancara selanjutnya…”, tetapi kalimat seperti itu tidak juga aku baca. Sampailah mataku dibagian tengah dari isi surat itu, dicetak tebal. Jantungku semakin berdegub kencang, aku penasaran.  Aku baca sekalai lagi kalimat itu. Aku tidak percaya.  Aku segera menelefon pacarku, aku penasaran, apakah isi surat yang ia terima. Aku ingin tahu. Ternyata, ada kabar bahagia. Selain mendaoat surat yang sama, kami juga mendapat isi yang sama persis. Paling tidak perjuangan  kami masih sama. Isi surat itu menyatakan kalau kami masih punya kesempatan untuk mencari rumah sakit lain untuk mengabdikan diri yang jauh lebih baik dari rumah sakit Siloam, alias kami tidak diterima.
Huaaaaaaaaaaa…. Hatiku kecewa sekali. Sangat kecewa. Yang kami sesalkan adalah dari rumah sakit itu tidak menyampaikan alasan mengapa kami tidak diterima disana. Kalau disertakan alasan yang jelas, kami masih bisa memperbaiki diri.  Banyak pertanyaan dan praduga yang muncul; apakah pada saat test academic, hasil test kami jelek atau ada hal lain? Tapi apa???  Tapi ya sudahlah, mungkin rumah sakit itu memang bukan rumah sakit yang tepat buat kami bekerja.
Apapun yang kita rasakan dan alami dalam hidup ini, entah bahagia atau dalam kondisi yang tidak menyengkan, itu semua hanya sementara, waktu terus berjalan, hidup terus berputar dan kondisi hidup silih berganti itu akan terjadi pada setiap orang. Itu sama artinya dengan kondisi yang aku alami baru-baru ini, aku tidak diterima di satu RS dan sungguh tidak menyenangkan, tapi rasa itu berganti sudah, ketika aku diterima di RS Fatmawati yang menjadi idola saai ini. 
Setelah melalui berbagai test dan wawancara, saya diterima untuk mengabdikan diri bagi nusa dan bangsa. Aku merasa sangat senang karena sekarang statusku telah berubah dari seorang jobseeker (pengangguran) menjadi karyawan (perawat). Semangat ini membara, jiwa untuk berkontribusi bagi masyarakat berkobar, rasanya tidak sabar untuk bisa mengamalkan ilmu yang dengan susah payah telah dipelajari. (Cieeeee.....) Aku berkata dalam hati: “Ini dia saatnya aku tunjukkan bahwa aku adalah seorang Perawat on going Perawat Profesional, kenapa masih dalam tahap on going? Ya, aku baru lulus, dan masih banyak hal yang harus dipelajari. Aku harap seiring dengan berjalannya waktu, pengalamanku akan terus bertambah dan dalam tahap proses itulah, aku akan menjadi perawat yang professional. 

Thanks God, aku bisa menjalani proses ini. Semoga aku bisa menjadi sarana dan alat untuk kemuliaan namaMu melalui profesiku. Amin...