We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others

When We Love God, We Will Serve People

Sabtu, 23 Juli 2011

Menyesali Dosa dengan Sungguh-Sungguh

"Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita" (Ibr 12:1)


Kita semua dipanggil menuju kekudusan sesuai dengan kenyataan hidup kita masing-masing. Kita tidak boleh salah mengerti tentang kekudusan. Orang kudus juga pendosa seperti kita, tetapi mereka lebih bertobat dibandingkan kita. Jika kita menghendaki kesempurnaan, maka seharusnya kita menyesal dengan sungguh-sungguh secara sempurna. Menyesal dengan sempurna berarti jiwa kita bersedih karena kita telah melukai hati Allah yang sangat baik. Karena itu, kita ingin berhenti menyakiti Dia. Kita merasakan kebaikkanNya yang begitu melimpah dan kemudian dengan sekuat tenaga bertekun, seperti dalam perlombaan untuk menyempurnakan diri kita.

Penyesalan yang tidak sempurna hanyalah bersedih atas dosa-dosa kita dan kita takut akan hukumannya. Akibatnya, kita mudah sekali jatuh kembali ke dalam dosa yang sama. Kekudusan dan sikap mementingkan diri sendiri masih bercampur baur dalam diri kita. Semoga kita tumbuh dalam rahmat kasih Allah, sementara kita menjadi dewasa dalam kehidupan rohani kita.

Perjalanan menuju kekudusan selalu baru setiap hari kalau kita melihat kesalahan kita. Rasanya hampir tidak mungkin melewati halangan atau rintangan sebesar itu. Namun, perlahan-lahan rahmat Allah akan menunjukkan jalan tanpa rintangan kepada kita.

Ya Tuhan, bantulah kami agar kami dapat bangkit dari dosa dan mengasihi-Mu sepenuh hati.

Bangkit Lagi
Suatu kali, ada seorang iman muda yang mendapat tugas berkhotbah dipenjara. Ia ingin sekali menyumbangkan pesan yang bermakna bagi meraka (para tahanan). Berhari-hari ia mencoba menemukan pesan yang bisa menyentuh hati, tetapi ia merasa belum cocok. Ia mencoba terus mencari dan mencari, tetapi tetap saja ia merasa hatinya belum mantap sampai ketika tiba saatnya ia harus ke penjara.

Pada saat sang imam memasuki ruangan, ia menggigil melihat tatapan mata waja-wajah yang tampak mengeras oleh berbagai kejahatan. Dia berdoa perlahan untuk mendapat bimbingan ketika dia menaiki tangga menuju bimbar untuk berkhotbah. Tiba-tiba ia tersandung ketika dia menginjak anak tangga kedua dan terjatuh tertelungkup di lantai. Hadirin tertawa keras. Untuk beberapa saat, imam muda itu merasa lumpuh oleh kesakitan dan rasa malu. Kemudian ia mendapat suatu gagasan yang begitu kuat menguasai hati dan pikirannya. Ia menjadi lebih mantap lalu berdiri, menaiki dua anak tangga sekaligus dan tertawa ke arah hadirin yang terpukau sambil berkata:

"Saudara-saudara, justru itulah alasan kedatangan saya ke sini hari ini. Saya ingin memperlihatkan kepada Anda sekalian bahwa orang bisa bangkit lagi setelah terjatuh."

Pembukaan pada khotbah ini menyentak para tahanan yang hadir. Mereka diam dan menyimak dengan budi dan hati khotbah sang imam muda itu. Respons spontan ini mendorong sang imam berkhotbah dengan bagus dan berkobar-kobar. Dia menjadi yakin inilah karya Allah yang luar biasa melalui dirinya. (Willi H)

Pertobatan sejati 
mendorong orang untuk memasuki kedalaman batin pribadinya.
Ia bersukacita, karena meskipun menemukan bahwa dirinya begitu banyak dosa,
namun sekaligus ia merasakan kasih Allah yang begitu besar 
dan dipercaya Allah untuk ikut serta dalam karya-Nya yang agung.
Ia bertumbuh menjadi pribadi yang tidak menuntut orang lain, melainkan menuntut dirinya sendiri dalam upaya memperbaiki dirinya dan situasi disekitarnya
(Anonim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar