We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others

When We Love God, We Will Serve People

Selasa, 19 Juli 2011

UPAYA MENCEGAH TERJADINYA ASPIRASI PADA PASIEN DENGAN HEMOPTISIS E.C TB PARU DI LANTAI IV SELATAN IRNAB 2011

Ilmu keperawatan di Indonesia terus mengalami perkembangan kearah yang lebih baik. Perkembangan itu tidak hanya dengan tingkat pendidikan yang semakin baik, tetapi disertai juga oleh peningkatan kualitas profesionalisme pelayanan keperawatan. Profesionalisme tersebut diwujudkan dalam proses keperawatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan itu sendiri. Proses keperawatan merupakan inti dari seluruh kegiatan asuhan yang diberikan kepada pasien yang meliputi semua penyelesaian masalah yang terorganisasi, digunakan untuk mengidentifiaksi dan mengelola masalah kesehatan pasien.
Masalah kesehatan pasien yang tidak terlepas dari masyarakat Indonesia dewasa ini adalah penyakit tuberculosis. Pada tahun 1995, Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 didunia setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Namun pada tahun 2011, Tim Joint External Tuberculosis Monitoring Mission (JEMM) yang melakukan penelitian di Indonesia menemukan banyak perbaikan dalam upaya pengendalian tuberculosis (TB) di Indonesia. Salah satunya adalah turunnya peringkat Indonesia pada daftar negara dengan beban TB terbesar di dunia dari posisi 3 menjadi ke-5 di dunia (http://www.detiknews.com). Namun prestasi ini, bukanlah tujuan akhir. Depertemen kesehatan RI sendiri ingin mewujudkan masyarakat Indonesia yang mendiri dalam hidup sehat dimana tuberculosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Di RSUP Fatmawati sendiri jumlah penderita TBC yang dirawat cukup banyak, khususnya di SMF Paru, Irna B, lantai IV Selatan.  Diantara penderita TBC itu, banyak yang mengalami hemoptisis.
Pada bulan Maret-Mei 2011 jumlah penderita TB paru berjumlah 69 orang dan 17,5 % diantaranya mengalami hemoptisis.
Tentunya kondisi tersebut merupakan tanda dan gejala yang kritis dan sangat mengancam jiwa penderita. Para perawat ruangan di SMF Paru sendiri, banyak mengalami pengalaman dan menyaksikan kejadian pasien meninggal akibat aspirasi yang disebabkan hemoptisis ec TB Paru. Stanley J. Swierzewski, pada tahun 2000 dalam www.healthcommunities.com, menjelaskan bahwa sekitar 75% pasien yang menderita massif hemoptisis meninggal dunia akibat aspirasi (jalan nafas tersumbat oleh darah-tubuh kekurangan oksigen. Pengalaman-pengalaman dan penjelasan tersebut dapat dijadikan sebagai bekal untuk semakin menyadari bahwa peningkatan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan asuhan keperawatan perlu ditingkatkan dalam upaya menurunkan risiko terjadinya aspirasi akibat hemoptisis ec TB paru. Upaya-upaya yang akan dilakukan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita TB Paru bahkan ketika penderita TB tersebut sudah memungkinkan untuk kembali kerumah.

RSUP Fatmawati sebagai RS yang mengutamakan kepuasan pelanggan, berusaha terus meningkatkan mutu pelayanan kepada setiap pasien. Khususnya di lantai IV Selatan, Irna B, dimana pada ruangan ini terdapat pelayanan ruang rawat TB paru, dengan kapasitas 25tempat tidur dan mempunyai proporsi SDM keperawatan 41,9 % SI keperawatan, dan 54,8% DIII Keperawatan, hanya sebagian kecil yaitu 3,2% SPK, serta semangat dan dukungan manajerial untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan oleh karena itu tidak berlebihan jika Tim PSBH ruangan lantai IV selatan, menyelesaikan masalah dengan pendekatan PSBH  dalam upaya untuk menurunkan risiko terjadinya aspirasi pada pasien dengan hemoptisis ec TB paru.

       I.            TUJUAN
Apakah dengan melakukan melakukan penyegaran mengenai materi pencegahan aspirasi, melakukan simulasi dan role model pencegahan aspirasi serta melakukan supervisi implementasi pencegahan aspirasi pada pasien dengan hemoptisis ec TB Paru,  dapat menurunkan angka mortalitas akibat aspirasi pada pasien yang mengalami hemoptisis ec TB paru dari 25% menjadi 0%.


    II.            LANGKAH-LANGKAH
1.      Persiapan Kegiatan PSBH
Persiapan-persiapan yang dilakukan selama kegiatan PSBH adalah:
a.       Melaporkan kepada kepala Irna B, kepala ruangan dan wakil kepala ruangan oleh Problem solver
b.      Sosalisasi rencana kegiatan PSBH kepada seluruh staf lantai IV Selatan dalam pre-conference oleh Problem solver
c.       Kepala ruangan, wakil kepala ruangan dan staf lantai IV Selatan membentuk tim PSBH.
d.      Menyusun materi kegiatan PSBH oleh Tim PSBH
e.       Menyusun Plant of Action (POA) oleh Tim PSBH
f.       Membuat format evaluasi oleh Tim PSBH

2.      Pelaksanaan Kegiatan PSBH
a.       Sosialisasi POA kepada seluruh staf lt IV Selatan oleh Tim PSBH
b.      Penyegaran materi kegiatan PSBH kepada seluruh staff oleh Tim PSBH
c.       Simulasi kegiatan PSBH oleh seluruh staff
d.      Supervisi kegiatan PSBH oleh Tim PSBH
e.       Implementasi dan pendokumentasian program PSBH secara simultan dan continue oleh seluruh staff
f.       Monitoring pelaksanaan PSBH oleh Tim PSBH

3.      Evaluasi Kegiatan PSBH
a.       Evaluasi pelaksanaan PSBH per minggu oleh Tim PSBH
b.      Pembuatan laporan oleh Tim PSBH
c.       Presentasi hasil PSBH oleh Tim PSBH

4.      Kesinambungan
      Menyerahkan hasil PSBH ke Ruangan untuk dijadikan program berkesinambungan diruangan, dan menyerahkan ke IRNA sebagai bahan replikasi PSBH ke ruangan lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar