We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others

When We Love God, We Will Serve People

Minggu, 29 April 2012

Aku Ingin Sekolah



Aku tidak ingat persis bagaimana masa-masa kecilku sehingga aku dibesarkan. Tetapi yang ku ingat, aku akan ceritrakan disini. Aku terlahir sebagai anak bungsu. Pada saat aku berumur sekitar 5-6  tahun, semua kakak aku, sudah bersekolah, ada yang SD, SMP dan SMU, tinggal aku sendiri yang belum sekolah. Melihat mereka, aku ingin sekali cepat-cepat masuk sekolah. Buku-buku mereka sering sekali ku otak-atik. Aku belajar, bagaimana bentuk huruf-huruf.  Tidak jarang, aku berantam dengan kakak-kakakku karena ulahku yang sering “meminjam” buku mereka, aku bermaksud untuk membantu mereka mengerjakan tugas mereka. Akhirnya, aku dimarahi oleh kakak dan orangtuaku dan dilarang untuk ikut campur dalam urusan buku.
Tapi aku tidak menyerah, keinginan yang begitu kuat dan rasa penasaran yang menggebu, sering sekali mengajak aku untuk berbuat nekat. Tetap saja aku dengan cara diam-diam membuka buku-buku mereka. Aku ingin sekali menjadi anak yang pintar. Aku buka buku bacaan, aku meniru bagaimana cara menulis, meniru bentuk huruf-huruf dan apa saja seperti yang ada dalam buku. Aku menggunakan begitu banyak buku untuk dicorat-coret. Alhasil, aku kena marah lagi. Aku sedih banget, sedih karena tidak difasilitasi dengan baik terhadap keinginanku untuk belajar. Aku mencari cara lain untuk dapat belajar. Aku dilarang untuk menulis dibuku, mungkin aku lebih baik kalau aku menulis di tempat lain, pikirku. Pada saat aku sendirian dirumah, aku ingin memberikan kejutan kepada keluargargaku, aku ingin membuat mereka bangga, bangga karena memiliku aku, seorang anak yang pintar. Aku pun mengekspresikan kepintaranku dalam bentuk tulisan. Aku pun menulis di dinding rumah kami, tidak hanya dinding, jendela dan pintu juga tidak terlepas dari tangan pintarku. Aku senang sekali, rasanya bebas tanpa merasa takut dimarahi lagi. Justru aku berharap kalau aku mendapat pujian dari keluargaku, terutama orang tuaku. Hal itu dikarenakan karena aku sudah menulis dengan sangat baik. Itulah perkiraanku.
Tibalah saat yang kunantikan. Aku mendengar suara kedatangan keluargaku dari kejauhan. Aku membayangkan ekspresi kebanggan memancar dari wajah ayah ibuku, ketika melihat mega karyaku yang pertama. ;)
Tapi yang terjadi malah sebaliknya, sesaat setelah mereka melihat tulisanku, aku langsung dibentak, dimarahi (lagi) dan disuruh membersihkan tulisanku yang telah dengan susah payah aku buat. Dengan berurai air mata, aku menghapus tulisanku itu. Tapi aku tidak membenci orang tuaku, aku menghargai sikap mereka. Mungkin cara mereka saja yang kurang tepat memperlakukan aku seperti itu.
Waktu terus berjalan, dengan berbagai cara aku tetap berusaha untuk belajar, karena aku ingin  sekali menjadi anak pintar. Aku ingin segera sekolah karena aku adalah anak yang punya cita-cita.
Waktu yang aku nantikanpun datang, aku sudah berumur 7 tahun lebih, saatnya aku didaftarkan oleh orang tuaku untuk masuk sekolah dasar. Aku senang sekali berharap aku bisa sekolah di tahun ini. Hari itu aku bangun lebih cepat dari biasanya, aku pun didaftarkan oleh Bapak saya. Tapi aku tidak diterima, karena badanku kecil. Jauh lebih kecil dari teman-teman seumuranku. Sementara bangku sekolah yang tersedia di daerahku sangat terbatas. Sehingga dengan terpaksa pihak sekolah harus menolak aku pada saat itu, walaupun dari segi umur, aku selayaknya sudah dapat masuk sekolah.
Tapi tidak apalah, masih ada tahun depan yang setia menanti. Kepasrahanku ternyata belum mampu membuatku nyaman seutuhnya. Setiap kali aku melihat teman-teman seumuranku mengenakan seragam sekolah, keinginanku kembali menyiksa aku. Aku iri pada mereka, aku iri mereka dapat sekolah. Rasa itu kerapkali menghinggapiku, manakala pemandangan yang sama menjamu mataku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar