We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others

When We Love God, We Will Serve People

Minggu, 29 April 2012

Merantau



Setelah aku lulus dari SLTP, aku masih bingung mau melantut ke SMA mana. Yang aku tahu aku harus masuk sekolah terbaik, tapi itu dimana aku belum tahu pasti. Ada beberapa sekolah yang menjadi incaranku dan beberapa diantaranya berada di kota Medan.
Tidak kebetulan, abangku bekerja di Medan. (Semuanya sudah diatur dan direncakan oleh Tuhan dengan sedemikain rupa). Aku beranikan diri untuk memilih sekolah di Medan, karena aku ingin memperluas wawasan dan menambah pengalaman, sekaligus mendidik aku untuk bisa menjadi manusia yang lebih mandiri lagi. Aku sampaikan itu kepada keluagaku dan mereka setuju dan mendukung dengan pilihanku. Sebenarnya aku masih ragu, akan pilihanku untuk pergi merantau, tetapi karena keluaga dan juga teman-teman banyak yang mendukung, akhirnya aku bulatkan tekat kalau aku akan melanjutkan sekolah di Medan.
Setelah hari pengumuman kelulusan SLTP dan menerima izajah aku langsung di jemput abang ke Medan. Itu artinya, aku pindah ke kota Medan dan ini kali pertama aku tinggal berpisah dari orang tuaku. Jujur, aku tidak yakin aku akan sanggup dan betah berpisah dari keluarga besarku, tapi semoga aku bisa, amin.
Inilah awal hidup baruku di tanah perantauan untuk menimba ilmu demi masa depan yang lebih baik. Itulah harapanku. Perjuangan baru pun dimulailah ketika aku sudah terdaftar resmi sebagai siswa SMU baru di salah satu sekolah swasta yang berada dibawah Yayasan Katolik, nama sekolah itu adalah SMU Cahaya. Sekolah ini adalah salah satu sekolah bonavit di kota Medan dan aku bisa berada didalamnya sudah sepatut dan selayaknya lah aku bisa bersyukur kepada Tuhan.
Minggu pertama di Medan, aku benar-benar seperti orang yang hilang, terasing disuatu tempat, dimana tempati itu benar-benar berbeda dengan asal aku berada. Bentuk rumahnya, orang-orangnya, cara bicaranya, aktivitasnya dan segala macam tetek bengek sosial dan budayanya, semuanya berbeda. Dan sama seperti kebanyakan orang, aku merasa tidak nyaman dengan perubahan, walaupun pada akhirnya perubahan itu membawa dampak kehidupan yang lebih baik. Memang diperlukan pengorbanan yang tidak kecil untuk memperluas wawasan, menambah pengalaman dan pelajaran yang menjadikan manusia mandiri.
Diperlukan waktu dan proses yang sangat menyakitkan untuk bisa beradaptasi dilingkungan baru, itulah yang aku alami.  Mulanya, aku tidak tahu apakah aku harus senang atau sedih tinggal di kota terbesar ke-3 di Indonesia ini. Yang jelas, aku merasa asing dan sangat tidak nyaman, aku belum bisa beradaptasi dengan lingkungan baru ini, dimana aku tinggal paling tidak selama 3 tahun sampai aku lulus dari SMU. Rasanya, waktu itu akan berjalan dengan lama sekali. Itulah yang harus aku perjuangkan.
Hari pertama sekolah aku hanya bisa berdoa: “Ya Tuhan, tolong aku, agar aku bisa beradaptasi di sini”. Aku bertemu dengan orang-orang baru yang seusia dengan aku, teman-teman siswa baru. Mereka semua ramah dan baik. Aku merasa kesepaian ditengah orang banyak, aku merasa kehilangan ditanah lapang yang sangat luas ditengah gedung sekolah yang megah dan indah. 
Aku melihat orang disekelilingku dan tak jarang juga aku bertemu dengan sesama perantau. Tetapi tetap saja, entah mengapa aku tidak percaya diri bergaul dengan mereka. Aku minder, aku merasa seperti orang yang bodoh dan seperti orang yang tidak punya harapan. Hatiku, pikiranku, akal budiku kacau, dihantui oleh ketidaknyamanan. Aku gelisah, aku bingung, aku cemas, aku khawatir dan aku takut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar