We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others

When We Love God, We Will Serve People

Minggu, 29 April 2012

Kecelakaan itu… Jahat!!!


Tahun berikutnya pun datang, badan bertambah besar. Aku yakin, aku bisa sekolah di tahun ini. Secara informal, keluargaku sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah, yang kebetulan adalah kerabat dari orangtuaku. Dengan pertumbuhan fisik dan umur yang sudah melebihi usia anak kelas 1 SD, aku dan keluargakupun yakin, bahwa aku bisa masuk sekolah tahun ini.
Berbagai persiapanpun dimulai; seragam sekolah; tas; buku; sepatu dan berbagai keperluan detail lainnya. 1 hari sebelum aku masuk sekolah, kemalanganpun datang, bapakku, abangku dan aku sendiri mengalami kecelakaan. Motor yang dikendari oleh bapakku itu beradu kepala dengan sebuah mobil yang melaju kencang dari arah yang berlawanan. Bapakku tidak sadarkan diri sampai beberapa saat, namun setelah sampai di rumah sakit, bapak ternyata hanya syok dan mengalami luka ringan saja di daerah kepalanya. Abangku, mengalami patah tulang dan harus menjalani fisio terapi selama lebih kurang 2 bulan. Aku… mengalami luka yang paling parah. Tubuh disebelah kananku, banyak mengalami luka. Aku mengalami cedera kepala terbuka yang cukup parah. Tengkorak dikepalaku bahkan sampai terlihat. Pundakku juga luka dan lutut kananku mengalami dislokasi yang sangat parah.
Pada saat kejadian aku masih sadarkan diri. Aku tergeletak dipinggir jalan raya. Aku hanya bisa menangis menahan rasa sakit.  Darah mengalir, keluar dari kepalaku.. Aku tidak ingat persis bagaimana kronologis kejadian itu. Kami segera ditolong oleh warga sekitar tempat kami mengalami kecelakaan. Kami dibawa kerumah sakit terdekat. Aku tidak melihat satupun anggota keluargaku. Aku ingin sekali bisa melihat mereka sesegera mungkin.
Bapak dan abangku masih dapat ditangani untuk sementara di rumah sakit umum itu, tetapi aku mengalami perdarahan hebat. Aku masih ingat ketika petugas rumah sakit membersihkan luka dikepalaku. Aku sangat kesakitan. Banyak pasir dan kotoran yang masuk keluka dikepalaku. Aku merasakan bagaimana kotoran-kotoran itu dikeluarkan sedikit demi sedikit. Pasir atau kerikil atau apa lah itu, rasanya menari-nari menginjak lukaku. Rasanya sakit sekali.  Setelah aku mendapatkan pertolongan pertama, aku harus segera dirujuk kerumah sakit yang lebih besar dan peralatannya lebih memadai. Lukaku dibebat seadanya dan aku segera dirujuk kerumah sakit umum kabupaten di darehku, yaitu rumah sakit umum Kabanjahe. Segera aku dibawa ke urang UGD (Unit Gawat Darurat) untuk dilakukan pertolongan terhadapku. Aku  tidak tahu bagaimana aku bisa ditolong. Berbagai pemeriksaan fisik dilakukan terhadap diriku. Dilakukan rongent kepala, dada dan kakiku, serta pemeriksaan lainnya.
Aku ketakutan. Rasa sakit yang aku alami menghantarkanku kepada suatu ketakutan yang luar biasa, yaitu kematian. Aku sangat kematian. Aku tidak mau berpisah dengan ibuku, aku tidak mau jauh dari bapaku, aku tidak mau kehilangan harapan-harapanku. Ditengah-tengah aku sedang ditolong, aku masih sempat melihat bayangan ibuku menatap aku, sambil menangis. Pada saat itu aku benar-benar merasakan bahwa ibuku sangat menyayangi aku. Aku juga bisa merasakan kalau ibuku juga takut melihat peristiwa mengerikan itu. Rasa takutku semakin menjadi-jadi. Aku semakin takut. Aku belum siap untuk mati.
Tuhan masih memberiku kesempatan untuk menikmati masa depanku yang penuh harapan. Tibalah aku diruang perawatan. Ibuku langsung memelukku, sambil menangis. Mengelus-elus wajahku, mencium aku, menatapku sambil menguraikan air mata. Aku pun ikut menangis, aku berkata: “Ma, aku takut. Aku takut mati, jangan tinggalkan aku”. Ibuku, menenangkan aku dan memberiku keyakinan bahwa aku aku tidak akan mati, dan akan sehat kembali.
Hari berganti hari, aku merasakan kepalaku semakin sakit. Aku sangat tersiksa dengan keadaanku. Luka dikepalaku terasa sangat sakit, nyut-nyutan seperti ditusuk- tusuk duri. Ternyata luka itu mengalami infeksi, bahkan sampai mengeluarkan pus/nanah. Keadan itu, membuat kelurgaku untuk berfikir dan mengambil keputusan kalau aku akan pindah kerumah sakit swasta. Aku dipindahkan kerumah sakit Flora di kota yang sama.  Dirumah sakit ini, aku dioprasi kembali. Lukaku dibersihkan, sehingga aku merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Dirumah sakit ini pula kakiku yang mengalami dislokasi, dipulihkan. Prosesnya melakukan perawatan kolaboratif antara rumah sakit dan pengobatan tradisonal.
Pada hari dimana direncanakan untuk merelokasi kakiku, aku dibuat merasa sangat nyaman. Aku tidur pulas sekali. Tapi entah kenapa, tiba-tiba aku merasakan ada yang menahan tanganku, badanku dan seluruh tubuhkau. Aku tidak bisa bergerak. Belum sempat menyadari apa yang sebenarnya terjadi, tiba-tiba aku merasakan sakit yang sangat luar biasa. Aku terbangun, dan aku melihat bebera orang menahan tubuhku, agar aku tidak bisa berontak saat dilakukan apa yang mereka telah rencanakan. Kakaiku di tarik ke posisi semula tanpa ada inform consent/surat persetujuan dari aku.  Aku menangis keras sekali. Meraung-raung menahan sakit. Aku bisa mendengar bunyi yang dihasilkan oleh tulang yang saling bergesekan dilutuku. Sakit sekali. Setelah itu, berangsur-angsur luka di kepala dan lututku mengalami perbaikan.
Aku bersyukur aku masih diberi kesempatan untuk menjalani hidupku, walaupun harapanku lagi-lagi harus tertunda, yaitu untuk bersekolah.  Aku menjalani rawat inap sekitar 1,5 bulan. Setiap teman-temanku yang datang menjenguk aku di RS, yang rencananya di tahun ini kami sekolah bareng, ada perasaan cemburu dan ingin seperti mereka. Tapi rasa itu segera kutepis, karena aku yakin, tahun ini belum tepat untuk aku masuk sekolah. Belum lagi, aku harus rutin kontrol ke rumah sakit, untuk meyakinkan kalau aku dalam kondisi baik.
Sementara abangku, masih bisa melanjutkan sekolahnya tanpa harus tertinggal karena menunggu 1 tahun lagi, saat itu abangku sudah duduk di kelas 4 SD. Aku turut senang, mendengar berita itu. Kebahagiaan abangku adalah kebahagianku juga.
Setelah aku dibolehkan pulang untuk rawat jalan, keluarga besarku mengadakan pesta syukuran. Semua keluarga, sahabat dan warga kampung diundang untuk ikut merayakan kebahagian atas berkat Tuhan yang luar biasa buat keluarga kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar