Singkat ceritra, sampailah kami dibandara Polonia, Medan dan
sudah diputuskan bahwa yang berangkat adalah aku dan bapak. Ini merupakan
pengalaman pertama kami naik pesawat, tak khayal lagi itu membuat kami bingung,
melihat begitu banyak orang mengantri disana-sini sebelum naik pesawat.
Parahnya, kami tidak tahu mereka itu antri untuk apa, hahahhaha… dasar katrok!!
Kamipun mengikuti dan masuk dalam antrian. Petugas bandara memeriksa tiket
pesawat satu persatu dengan teliti. Masalah awal datang menghadang kami, nama
yang tertera ditiket dan orang yang berangkat tidak sama. Ditiket tertera nama
Mamak dan yang berangkat adalah Bapak, karena memang pada awalnya belum tahu
siapa yang akan menemani aku berangkat, jadi pada saat pembelian tiket
dilampirkan lah nama Mamak untuk salah satu tiket.
“Pak, tidak bisa begini, bapak harus beli tiket yang baru”,
kata petugasnya. Wah, kalau beli 1 tiket lagi mahal banget dan kami pun tidak
mau. Aku pun mencritakan kronologis mengapa sampai terjadi hal itu dan berharap
kami diizinkan untuk masuk. “Tidak bisa pak, kalau nanti terjadi apa-apa dengan
pesawat ini, bapak tidak mendapat santuan”.
“Kita sih berharap, tidak terjadi hal yang buruk dan kalaupun
itu terjadi, tidak masalah kalau kami tidak mendapat santuan”, jelas bapakku.
“Tetap tidak bisa pak. Begini sajalah, saya biarkan bapak masuk, kita
damai-damai saja. Bapak mengertikan maksud saya? Ketimbang bapak beli tiket 1
lagi? Jauh lebih mahal”, rayu sang petugas bandara. Wah mulai tidak beres ini
pikirku, tetapi benar juga, peraturan tetap peraturan dan sudah sepatutnya
untuk ditaati. “Ya sudahlah”, kata bapak. “Nanti kita salamkan saja”. “Berapa
pak? 50.000 cukup ga?” “ 20.000 pun udah hebat itu, mau curang pula dia”, kata
bapak lagi.
Setelah kami dan barang kami masuk semua, akupun menyalamkan
uang 20 ribuan kepada petugas. Sejenak dia diam, dan terlihat wajah kaget dari ekspresi
wajahnya. Dia meminta tambah. “Maaf pak, ini kami dari kampung-kampung, mau ke
Jakarta untuk urusan kuliah, tolong pengertiannya”. “Ga bisa, harus tambah”.
“Maaf pak”, kataku.
Sang petugas melapor keatasannya, sambil menggeleng-gelengkan
kepala, mereka akhirnya melepas dan membiarkan kami masuk. Hahahahha… Thanks
God, akhirnya kami bisa chek in juga, hehehhehehehe.
2 jam kemudian kami landing di Bandara Internasional
Soekarno Hatta, Jakarta. Kami dijemput oleh seorang saudara yang sudah tinggal
di ibukota ini. Kami naik taksi dan langsung meluncur cepat ke UI untuk
melakukan daftar ulang, karena hari ini merupakan hari terakhir pendaftaran
ulang mahasiswa baru.
Untuk mengantisipasi kebingunngan-kebingungan yang siap
menghadang, aku menghubungi salah satu teman yang sudah melakukan pendafataran
ulang, agar dia bisa membantu kami dalam proses daftar ulang tersebut. Puji
Tuhan, dia mau dan sangat banyak membantu dalam proses tersebut. Tidak
kebetulan juga, dia merupakan teman sedaerah dan saudara jauh dari keluarga
besar bapakku. Bujur ya…
Selesai melakukan daftar ulang yang cukup ribet, haripun
mulai sore, dan kami belum tahu harus menginap dimana. Sang penolong pun datang
dan memberitahukan kepada kami, kalau di UI ada Asrama Mahasiswa yang
dikhusukan untuk mahasiswa baru yang berasal dari daerah. Kamipun segera
meluncur ke asrama tersebut, jaraknya tidak jauh dan masih dalam kawasan UI.
Sesampainya di Asrama tersebut, pendaftaran sudah ditutup karena hari sudah
malam. “Wah, gimana ini, kita tinggal dimana dong?”. Kamipun mendatangi petugas
yang mengurusi pendaftaran masuk asrama itu dan menjelaskan bagimana kami
datang dan asal kami. Setelah mendengar cerita kami, petugas tadi pun
memfasilitasi kami sehingga kami bisa tinggal di asrama. Sekali lagi kami
mengucap syukur, Puji Tuhan.
bisa kubayangkan Leo..
BalasHapuskalau yang aku alami dulu, juga parah.. bayangkan aja, pertama kali naik pesawat, udah gitu ga pake dianter siapa-siapa pula, alias.. modal nekad berangkat sendiri ke jakarta..tapi untungnya sih waktu itu Lele udah di UI duluan, jadi aku dipandu via telfon doang...dan itu perjalanan sore nyampe di jakarta malam..wkwkwwk. gitu turun dari pesawat pas mau ambil bagasi ada yang nawarin jasa bawain koper pake troly yang dia pake.. ya aku mau aja..siapa nyangka bakal bayar..lugunya akuuuu.. ehh, cuma ngedorong koperku sampe ke tempat damri trus dia minta 10.000, aiihhhh... kesel setengah mati.. ngomel2 deh.. aku bilang, tau bayar 10.000 sekalian aja barang2 bapak aku yang bawain biar bpk yg bayar aku..wkwkwkwkwk semangat mahasiswa baru bow... trus nyampe di pasar minggu dari telfon lele ngarahin naik mikrolet warna putih coklat no.04 ke depok nanti bilang aja turun di jembatan UI..aku jalanin.. trus sampe jembatan ui bawa koper sama tas naik jembatan (bayangkan ribetnya) trus disuruh lele naik ojek.. trus dia dengan senyum manis menyambutku di gazebo....
saat itu legaaa bangett..akhirnya ada kepastian aku udah nyampe di UI..hahahaahahahahah