We Can Do The Great Thing For God, when We Do A Little Things For Others

When We Love God, We Will Serve People

Senin, 09 Mei 2011

Kepemimpinan



I.            Definisi Kepemimpinan
Banyak definisi tentang kepemimpinan yang telah ditulis, diantaranya adalah Stodgil (Swanburg, 2000), yang menuliskan definisi kepemimpinan adalah sebagai suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Anggota kelompok tersebut mempunyai tanggung jawab yang berbeda, yang masing-masing saling mempengaruhi kegiatan kelompok.
Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama. Berbeda dengan Gardner, Merton menguraikan kepemimpinan yang efektif  dapat memenuhi empat keadaan, yaitu:
1.      Seseorang akan mengerti apabila ada proses komunikasi.
2.      Orang ini mempunyai pedoman apa yang harus dilakukan yang diminta oleh komunikasi tadi.
3.      Orang ini percaya bahwa prilaku yang diminta adalah sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang baik.
4.      Orang ini percaya bahwa hal itu sesuai dengan tujuan dan nilai organisasi.
Menurut McGregor, akhirnya ada empat variable besar yang diketahui sekarang untuk memenuhi kepemimpinan: karakteristik kepemimpinan, sikap/kebutuhan dan karakteristik lainnya dari bawahan, karakteristik organisasi, seperti tujuan, struktur organisasi, dsb, dan keadaan sosial ekonomi  dan politik lingkungan.
Pada semua definisi diatas, kepemimpinan dipandang sebagai suatu proses interaktif yang dinamis yang mencakup tiga dimensi; pimpinan, bawahan dan situasi. Masing-masing dimensi saling mempengaruhi. Pencapaian tujuan tergantung bukan hanya karena sifat pribadi dari seorang pimpinan, tetapi juga tergantung dari kebutuhan bawahan dan bentuk dari suatu keadaan.
 
II.            Teori Kepemimpinan
·         Teori Sifat Bawaan (“TRAIT”)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir bukan di dapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lian (Marqus & Huston (1998), dalam Nursalam (2002)). Teori ini disebut dengan “Great Man Theory”. Tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi dan lingkungan lainnya.
Banyak pemula yang melaksanakan kepemimpinan menitikberatkan pada pemimpin. Penelitian ini diarahkan kepada identifikasi, intelektual, emosional, fisik dan sifat bawaan pribadi lainnya dari pemimpinan yang efektif. Praduga yang harus digarisbawahi adalah bahwa pemimpinan itu dilahirkan tidak dibentuk. Namun setelah penelitian berlangsung bertahun-tahun, tidak ditemukan criteria khusus sifat bawaan yang dapat meranalkan suatu potensi untuk menjadi pemimpin. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kepemimpinan berfungsi sebagai hubungan antar manusia dimana pada situasi yang berbeda memerlukan karakteristik atau bawaan yang berbeda pula dari pimpinannya.

Intelegensi
Sifaat bawaan berkaitan dengan kecerdasan, termasuk pengetahuan, menentukan sesuatu dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa pengetahuan dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu faktor terpenting dalam keefektifan pemimpin. Pemimpin kompeten mempunyai kekuatan istimewa apabila dipakai mengilhami bawahan untuk mengatasi penampilannya. Pemimpin yang mempunyai keahlian dan kompetensi mempunyai keleluasaan dalam berhubungan dengan bawahannya.
Kepribadian
Sikap bawaan dalam kepribadian seperti mudah menyesuaikan diri, mempunyai keyakinan diri, kreatif dan bisa menyatukan diri adalah sifat kepemimpinan yang efektif. Pemimpin adalah seorang efektif dan mengetahui bagaimana memotivasi para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
Kemampuan
Seorang pemimpin mempunyai cukup kepopuleran, wibawa dan ketrampilan diri untuk dipakai sebagai symbol dalam menyampaikan segala sesuatu, dan bisa pula menanamkan kesatuan dengan secara mendalam diantara anggota-anggota dari suatu sistem organisasi. Sangat sering seorang penyelia ditunjuk menjadi pemimpin karena bakat administrasi dan teknis, bukan karena kemampuan kepemimpinan atau bukan karena diterima kelompok lain. Fakta Ini menunjukkan adanya penekanan diberikan kepada kemampuan dan sikap kepemimpinan.
·         Teori Prilaku
Teori prilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Prilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokratik atau dari focus suatu prosuksi ke focus pegawai.
Dalam riset-riset dan teori-teori tentang prilaku, terdapat teori X dan teori Y dari Dauglass McGregor, studi dari Rensis Likert Michigan, Grid Manajerial dari Blake dan Mounton, dan Studi Kurt Lewin.
o   Teori X dan Y McGregor
McGregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada atasan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Artinya bahwa sikap dan karakter kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh lingkungan luar.
Rasa aman adalah kondisi dari kepemimpinan. Bawahan membutuhkan rasa aman dan akan memperjuangkannya untuk melindungi diri mereka dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar-benar ancaman terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja. Atasan harus berbuat sesuatu untuk memberikan rasa aman kepada bawahannya melalui upah yang layak dan tunjangan tambahan.
Pengetahuan merupakan syarat lain dari kepemimpinan yang efektif, orang akan merasa aman apabila mereka mengetahui apa yang diharapkan dari dirinya termasuk:
1)      Pengetahuan tentang kebijakan perusahaan dan falsafah manajemennya.
2)      Pengetahuan tentang prosedur, kebiasaan dan peraturan-peraturan
3)      Pengetahuan tengang persyaratan-persyaratan tugas bawahan, tanggung jawab dan posisi dalam organisasi.
4)      Pengetahuan dari bawahan tentang pandangan-pandangan penampilan atasannya.
Disiplin yang konsisten merupakan persyaratan lain untuk kepemimpinan yang efektif, orang akan setuju apabila mereka melakukan pekerjaannya sesuai dengan peraturan. Mereka akan tahu apa yang akan terjadi apabila melanggar peraturan.

o   Studi Likert Michigan
Likert dan perkumpulannya melakukan melakukan penelitian yang luas tentang kepemimpinan. Mereka mengidentifikasi empat gaya dasar dan sistem kepemimpinan; 1) kewenangan mengeksploitasi,             2) kewenangan yang lebih baik, 3) demokrasi konsultasi, 4) dan demokrasi partisipasi.
Misalnya pada tinjauan dan fungsi control, sistem 1 tinjauan dan fungsi control terpusat pada manajemen puncak, sisstem 2 terutama pada puncak, sistem 3 terutama pada puncak, tetapi ide diprakarsai dari tingkat bawahan , dan pada sistem 4 tinjuan dan fungsi control dibagi oleh atasan dan bawahan.

o   Blake and Mouton’s Managerial Grid
Managerial Grid adalah model kepemimpinan dua dimensi. Dimensi dari model ini adalah tugas-tugas atau produksi dan karyawan atau orientasi orang terhadap manajer.

o   Studi Kurt Lewin
Studi kepemimpinan Lewin dilakukan pada tahun 1930-an. Ia mengamati tiga gaya kepemimpinan yaitu autokratik, demokratis, Laissez faire. Ketiga gaya kepemimpinan tersebut  dikaitkan dengan kekutan yang ada pada diri pemimpin yang ada pada anggota kelompok dan yang ada pada situasi.

 III.            Gaya Kepemimpinan

Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri. Follet dalam  mendefinisikan gaya sebagai hak istimewa yang tersendiri dari si ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies dalam , menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat dapat diidentifikasi berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya, oleh karena itu kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Di bawah ini terdapat beberapa gaya kepemimpinan, yaitu:
1.      Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt.
Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant, dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
2.      Gaya Kepemimpinan menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan ke dalam empat system, yaitu:
a.       Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin pada system ini sangat otoriter. Pemimpin mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi terbentuk dalam satu arah ke bawah (top-down).
b.      Sistem benevolent-Authoritatif
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas.
c.       Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
d.      Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

3.      Gaya kepemimpinan menurut teori X dan teori Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc. Gregor dalam bukunya The Human Enterprise (1960), yang menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama yaitu sebagai teori X dan teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif. Teori ini membedakan gaya kepemimpinan menjadi empat macam, yaitu:
a.       Gaya kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk pelaksanaan bentuk dari pelaksanaan teori X.

b.      Gaya kepemimpinan Autokratis
Gaya kepemimpinan ini hamper sama dengan gaya dictator, namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berda di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
c.       Gaya kepemimpinan Demokratis
Peran serta dari bawahan ditemukan dalam pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya kepemimpinann ini pada dasarnya sesuai dengan teori Y.
d.      Gaya kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hamper tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan teori Y (Azwar, 1996 dalam ).

4.      Gaya kepemimpinan menurut Robert House
Robert House membedakan gaya kepemimpinan dalam empat macam, berdasarkan teori motivasi pengharapan, yaitu:
a.      Directive
Pemimpin menyatakan kepada bawahannya tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
b.      Supportive
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahannya.
c.       Partisipasi
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan keputusan
d.      Achievement authority
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengahrapkan bawahan berusaha untuk mencapat tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak, 1990 dalam ).

5.      Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard meliputi:
a.       Instruksi
Ciri-cirinya adalah tugasnya tinggi namun hubungannya rendah, komunikasi dilakukan searah. Pengambilan keputusan berada pada pimpinan, peran bawahan sangan minimal. Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat.
b.      Konsultasi
Gaya kepemimpinan ini memiliki tugas tinggi dengan hubungan yang tinggi pula. Komunikasi terbentuk dalam dua arah. Para pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk memberi masukan dan menampung keluhan.
c.       Partisipasi
Gaya pemimpinan ini memiliki penugasan yang tinggi dengan hubungan yang rendah. Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam pengambilan keputusan.
d.      Delegasi
Gaya kepemimpinan ini memiliki penugasan yang rendah dengan hubungan yang rendah. Komunikasi terjalin dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan.

6.      Gaya Kepemimpinan menurut Ronald Lippits dan Rapiph K. White

Tidak ada komentar:

Posting Komentar